Jumat, 24 Mei 2013

ALIRAN TANTRAYANA, MANTRAYANA DAN VAJRAYANA



ALIRAN TANTRAYANA, MANTRAYANA
DAN VAJRAYANA

Responding Paper
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat pada
Mata Kuliah Agama Buddha

Dosen pembimbing:
Dra. Hj. Siti Nadroh, M. Ag

Oleh:
Ifa Nur Rofiqoh
(1111032100049)

UIN LOGO
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013


A.      PENDAHULUAN
Secara garis besar agama Budha terbagi kedalam tiga fase. Fase pertama adalah Hinayana/Theravada dan fase kedua adalah Mahayana yang lahir karena merespon kekakuan aliran sebelumnya. Kedua fase ini lahir 100 tahun sesudah Sidharta Gautama meninggal dunia, yang pada waktu diadakan Pasamuan Agung ke II di Vesali. Jadi, terpecahnya agama Budha kedalam dua aliran besar baru ada jauh sesudah Budha Gautama Meninggal dunia.
Lain halnya kedua aliran tersebut, aliran Tantrayana yang akan menjadi salah satu pembahsan dalam paper ini, adalah merupakan fase ketiga dari perkembangan agama Budha. Meskipun pada tahap-tahap selanjutnya tidak mungkin dipungkiri adanya aliran-aliran yang terus muncul diantaranya Mantrayana dan Vajrayana.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang latar belakang, sejarah, praktek keagamaan dan lain sebagainya, maka penulis ingin menyampaikan sedikit pemahamannya berdasarkan beberapa sumber yang sudah didapat.


B.       ALIRAN TANTRAYANA
Fase ketiga dari perkembangan agama Budha adalah Tantrayana yang merupakan fase terpenting dari perkembangan agama Budha di India. Fase ini dimulai sekitar tahun 500 M dan berakhir sampai tahun 1000 M. Yang paling menarik dari fase ini adalah cosmical-soteriologikal (yang berhubungan dengan keselamatan). Sifat dasar dominan dari tantrayana adalah kegaiban. Penekanan utama adalah penyesuaian dan harmonis dengan kosmos dan pencapaian penerangan dengan mantra atau metode ghoib.[1]
Agama Buddha Tantrayana ini berada pada urutan terakhir, alasan utamanya karena Sutra Agama Buddha Tantrayana muncul dalam jumlah besar pada periode akhir Agama Buddha, saat itu, baru mendapatkan perhatian khusus.
Sesungguhnya, dulu kala, Agama Buddha Tantrayana sudah ada orang yang menekuninya di empat tanah suci, terutama daerah Uddiyana, banyak siddha yang menyembunyikan identitas, sebentar hilang sebentar muncul, naik ke langit tanpa diketahui orang. Inti ajarannya adalah:
Dilatih secara tersembunyi dan rahasia.
Berhasil secara tersembunyi dan rahasia.
Keluar masuk secara tersembunyi dan rahasia.
Orang biasa tidak tahu begitu saja.[2]
Agama Buddha Tantrayana di dalam mitos, karena dilatih secara rahasia, mahasiddha, terbebaskan secara tersembunyi dan rahasia, melebur dalam cahaya pelangi, orang luar sulit sekali mengetahui tampang aslinya.
Aliran Tantra Budhist disebut juga Esoterik [3]= guhya-upadesa yang berarti secara rahasia, tersembunyi dan mistik. Bagi aliran esoterik pencapaian ke-Budha-an hanya dalam sekejap, melakukan upacara atau ritual merupakan peranan yang penting. Bagi kita tidak mudah untuk mengerti ajaran Tantra Budhist dikarenakan begitu rumit dan kompleks dalam perkembangannya. Oleh karena seorang guru yang ahli harus ada untuk membimbing calon siswa tersebut. Dikatakan bahwa setelah mengerti ajaran eksoterik dengan cukup barulah dapat mengerti ajaran esoterik secara baik.
Secara umum Tantrayana dapat juga dikatakan bagian dari Mahayana, karena ada beberapa inti filsafat Mahayana yang diterangkan secara esoterik dan penuh simbolis, seperti: Sunyata, Bodhicitta, Tathata, Vijnana.
Sebagai suatu ajaran mistik atau ghoib, kemunculan tantra tidak dapat dipisahkan dari perkembangan agama Budha Mahayan. Munculnya tantra sebagai suatu sistem metafisika Budhist bersamaan waktunya dengan perkembangan berbagai sistem filsafat agama Budha Mahayana, Terutama dengan sistem Madyamaka dan Yogacara, dan interaksi antar mereka.[4]

C.      ALIRAN MANTRAYANA
Mantrayana dimulai pada abad ke-4 dan mendapat mometumnya setelah abad ke-5. Apa yang telah dilakukannya telah memperkaya Budhism dengan perlengkapan tradisi Ghoib, mempergunakannya untuk tujuan kemudahan pencarian bagi pencerahan/penerangan. Didalam cara ini banyak mantra, mudra, mandala dan dewa ketuhanan, secara tidak sistematis diperkenalkan kedalam Budhism. Ini adalah setelah tahun 750, diikuti oleh suatu sistematis yang dinamakan Vajrayana, yang menyerasikan semua ajaran sebelumnya dengan satu kelompok mengenai panca-tatagatha (Panca Dyani Budha).[5]
Istilah Mantrayana kelihatannya telah menerima aslinya pada keperluan khusus bahwa cabang Mahayana yang menganjurkan pembacaan ulang mengenai mantra sebagai usaha prinsip mengenai paramita. Menurut Shashi Bhusan Dasgupta: ‘Mantrayana adalah sekte dari Mahayana’, kelihatannya adalah tingkat perkenalan mengenai Buddhisme Tantra dari semua cabang mengenai Vajrayana, Kalacakrayana, Sahajayana, dan seterusnya yang timbul dikemudian hari.
Meskipun demikian, sebagai keadaan hal yang sebenarnya dengan cabang-cabang Tantra Chinese dan Jepang, istilah Mantrayana berlanjut di dalam penggunaan sebagai suatu petunjuk kolektif tidak hanya untuk memperkenalkan tapi juga untuk tingkat lebih lanjut dari gerakan Tantra, dan seperti itu dari satu waktu dipakai sampai dengan sekarang.
Mahayana terdiri dari dua kendaraan, Paramitayana dan Mantrayana. Paramitayana adalah "Penyebab kendaraan" di mana tidak ada meditasi pada diri sendiri sehubungan dengan empat kemurnian lengkap tempat tinggal, properti tubuh, dan kegiatan, wakil dari istana Buddha, kekayaan tubuh, dan perbuatan. Mantrayana adalah "Pengaruh kendaraan," di mana ada meditasi pada diri sendiri sebagai representasi fisik dari empat kemurnian lengkap. Dalam Mantrayana, karenanya, seseorang bermeditasi pada diri sendiri sebagai sebuah rumah besar ilahi, rombongan ilahi, alat ritual ilahi, dan perbuatan ilahi memurnikan kosmos dan penduduknya dengan cara yang sama sebagai seorang Buddha.

D.      ALIRAN VAJRAYANA
Vajrayana adalah suatu ajaran Buddha yang di Indonesia lebih sering dikenal dengan nama Tantra atau Tantrayana. Namun banyak juga istilah lain yang digunakan, seperti misalnya: mantrayana, ajaran mantra rahasia, ajaran Buddha eksoterik. Vajrayana adalah merupakan ajaran yang berkembang dari ajaran Buddha Mahayana, dan berbeda dalam hal praktek, bukan dalam hal filosofi.[6]
Dalam ajaran Vajrayana, latihan meditasi sering dibarengi dengan visualisasi. Istilah "Vajrayana" berasal dari kata vajra yang dalam bahasa sanskerta bermakna 'halilintar' atau 'intan'. Vajra melambangkan intan sebagai unsur terkeras di bumi, maka istilah Vajrayana dapat bermakna "Kendaraan yang tak dapat rusak".
Berasal dari kosa kata Sansekerta "Vajra" yang berarti berlian dalam aspek kekuatannya,atau halilintar dalam aspek kedahsyatan dan kecepatannya.
Serta dari kata "yana" yang berarti wahana/kereta. Vajrayana merupakan Jalan Intan. Kata "Tantra" sendiri berarti "Tenun" dalam bhasa Sansekerta,merujuk kepada prakteknya yang bertahap namun pasti.
Adapun tujuan akhir daripada Vajrayana ialah : Mencapai kesempurnaan dalam pencerahan dengan tubuh fisik kita saat ini, di kehidupan ini juga, tanpa harus menunggu hingga kalpa2 yang tak terhitung.

E.       KESIMPULAN
Pada dasarnya semua aliran yang ada dalam agama Budha adalah mempunyai kesamaan dalam hal mengakui Budha sebagai Guru, Triratna, dan hukum kasunyataan. Namun yang membedakan adalah dalam hal praktek keagamaan, dimana ketiga aliran tersebut (Tantrayana, Mantrayana, Vajrayana) merupakan aliran Esoterik dalam Budhism atau disebut dengan jalan halus dalam mencapai penerangan. Pada puja-bakti digabungkan pada yogacara/meditasi mistik.

F.       REFERENSI
o    Grandmaster Sheng-yen Lu “Asal Muasal Agama Buddha Tantrayana” diakses pada 10 Mei 2013 dari http://indonesia.tbsn.org/modules/news2/article.php?storyid=725
o    Indonesian Buddhist Society’s Blog  “3 Aliran Ajaran Budha-3 Branches of Budhism” diakses pada 10 Mei 2013 dari http://indonesianbuddhistsociety.wordpress.com/2010/01/26/3-aliran-ajaran-buddha-3-branches-of-buddhism/
o    Suwarto T. Buddha Dharma Mahayana. (Jakarta: Majelis Agama Budha Mahayana Idonesia, 1995), h. 119



[1] Suwarto T. Buddha Dharma Mahayana. (Jakarta: Majelis Agama Budha Mahayana Idonesia, 1995), h. 119
[2] Grandmaster Sheng-yen Lu “Asal Muasal Agama Buddha Tantrayana” diakses pada 10 Mei 2013 dari http://indonesia.tbsn.org/modules/news2/article.php?storyid=725
[3] Aliran Budhist lainnya disebut Eksoterik = vyakta-upadesa yang berarti sesuatu yang terbuka atau terlihat. Bagi aliran eksoterik pelajarannya didasarkan pada tripitaka dan untuk mencapai ke-Budha-an adalah secara berangsur-angsur dan bertingkat. Lihat Suwarto T. Buddha Dharma Mahayana.h. 120
[4] Suwarto T. Buddha Dharma Mahayana.h. 120
[5] Suwarto T. Buddha Dharma Mahayana.h. 124
[6] Indonesian Budhist Society’s Blog “3 Aliran Ajaran Budha-3 Branches of Budhism” diakses pada 10 Mei 2013 dari http://indonesianbuddhistsociety.wordpress.com/2010/01/26/3-aliran-ajaran-buddha-3-branches-of-buddhism/



2 komentar:

  1. pengetahuan saya tentang budhist tantraya adalah semua manusia bisa hidup di alam surga maupun neraka dengan 1 kalpa/kali kehidupan (karna dalam agama budha mengenal adanya reinkarnasi/ terlahir kembali).
    sedangkan untuk umat budhist mahayana harus menyelesaikan 500 kalpa/kali kehidupan ,untuk mencapai Nibanna atau surga.
    dan theravada harus melalui 1000 kalpa/kali kehidupan untuk mencapai nibanna atau surga.

    Karna agama buddha memiliki 3 aliran yaitu Theravadda ,Mahayana , Tantrayana/ Vajrayana.
    kata vajra biasa diucapkan dengan kata Bejra/bezra karna umat Tantrayana di Tibet Nepal tidak bisa mengeja huruf V.

    BalasHapus
  2. Buddhist theravada mempergunakan kitab suci Tipitaka pali sebagai pegangan ajarannya. Mengapa harus tipitaka pali? Krn tipitaka pali merupakan koleksi kepustakaan yg lengkap, tersusun rapi, teratur, dan dekat pada jaman Buddha gotama waktu itu. Sedangkan buddhist mahayana dan lainnya mempergunakan tripitaka sanskrit yg berkembang kemudian setelah buddha parinibbana.
    Buddhist theravada disebut dibelakang hari krn mereka mempertahakan kemurnian ajaran dan disiplin(Dhamma dan vinaya).
    Dalam buddhist theravada/Tipitaka pali di terangkan bahwa untuk mencapai pencerahan(nibbana) dapat dicapai pada kehidupan sekarang dengan mencapai tingkat kecerahan araha (savakaBuddha) , namun ada pula pencapaian pencerahan(nibbana) dengan menunda hingga beribu-ribu kappa untuk menjadi sammasamBuddha.

    BalasHapus

Dalam rangka belajar, rasanya tak sempurna blog yang saya terbitkan tanpa adanya sekata dua kata yang dilontarkan. Kiranya pembaca dapat menambahkan kritik, saran maupun komentar untuk perbaikan selanjutnya. Terima Kasih telah di kunjungi... :-)