Mengapa begitu banyak tradisi / sekte dalam agama Buddha ?
Sang Buddha membabarkan ajaran-Nya dengan banyak cara karena mahluk
hidup
(semua mahluk yang memiliki kesadaran tetapi belum menjadi Buddha, termasuk
juga yang berada di alam-alam kehidupan lain) mempunyai watak, kebiasaan,
dan minat yang berbeda-beda. Beliau tidak pernah mengharapkan kita semua
cocok dengan satu bentuk sehingga ajaran-Nya pun di berikan dalam banyak
cara dan dalam beragam cara melatih diri - dengan demikian tiap orang bisa
menemukan sesuatu yang sesuai dengan tingkat kesadaran dan kepribadiannya.
(semua mahluk yang memiliki kesadaran tetapi belum menjadi Buddha, termasuk
juga yang berada di alam-alam kehidupan lain) mempunyai watak, kebiasaan,
dan minat yang berbeda-beda. Beliau tidak pernah mengharapkan kita semua
cocok dengan satu bentuk sehingga ajaran-Nya pun di berikan dalam banyak
cara dan dalam beragam cara melatih diri - dengan demikian tiap orang bisa
menemukan sesuatu yang sesuai dengan tingkat kesadaran dan kepribadiannya.
Dengan keahlian dan belas kasih-Nya dalam menuntun yang lain, Sang
Buddha
memutar roda Dhamma sebanyak tiga kali - setiap kali selalu dengan sedikit
perubahan sistem filosofi. Tetapi esensi dari semua ajaran itu sama : tekad
yang teguh untuk keluar dari lingkaran penderitaan yang berulang-ulang
(samasra), belas kasih kepada mahluk lain, dan kebijaksanaan ketanpa-akuan.
memutar roda Dhamma sebanyak tiga kali - setiap kali selalu dengan sedikit
perubahan sistem filosofi. Tetapi esensi dari semua ajaran itu sama : tekad
yang teguh untuk keluar dari lingkaran penderitaan yang berulang-ulang
(samasra), belas kasih kepada mahluk lain, dan kebijaksanaan ketanpa-akuan.
Tidak semua orang menyukai menu yang sama. Jika sebuah jamuan besar
terhampar di depan kita, kita kan memilih makanan yang kita senangi. Tidak
ada keharusan untuk menyukai semua makanan. Akan tetapi, meski kita lebih
menyukai makanan yang manis-manis, tidak berarti bahwa yang asin tidak baik
dan mesti di buang! Demikian juga halnya, kita bisa saja memilih suatu
pendekatan khusus dari Ajaran: apakah itu Theravada, Tanah Suci (Sukhavati),
Zen, Vajrayana, dan sebagainya. Kita memiliki kebebasan untuk memilih
pendekatan yang paling sesuai, yang dengannya kita merasa paling nyaman.
terhampar di depan kita, kita kan memilih makanan yang kita senangi. Tidak
ada keharusan untuk menyukai semua makanan. Akan tetapi, meski kita lebih
menyukai makanan yang manis-manis, tidak berarti bahwa yang asin tidak baik
dan mesti di buang! Demikian juga halnya, kita bisa saja memilih suatu
pendekatan khusus dari Ajaran: apakah itu Theravada, Tanah Suci (Sukhavati),
Zen, Vajrayana, dan sebagainya. Kita memiliki kebebasan untuk memilih
pendekatan yang paling sesuai, yang dengannya kita merasa paling nyaman.
Walaupun begitu, kita harus tetap mempertahankan pikiran yang
terbuka dan
menghormati tradisi yang lain. Seiring dengan berkembangnya batin, kita bisa
mengerti unsur-unsur dalam tradisi yang lain yang gagal kita pahami pada
awalna. Singkatnya, apa saja yang berguna dan bermanfaat bagi kita untuk
hidup lebih baik, kita praktekan, tanpa perlu menolaknya.
menghormati tradisi yang lain. Seiring dengan berkembangnya batin, kita bisa
mengerti unsur-unsur dalam tradisi yang lain yang gagal kita pahami pada
awalna. Singkatnya, apa saja yang berguna dan bermanfaat bagi kita untuk
hidup lebih baik, kita praktekan, tanpa perlu menolaknya.
Sementara itu, jangan menempelkan identitas padanya dengan
cara-cara yang
konkret, seperti: "Saya seorang Mahayanis, engkau seorang Theravadin," atau
"Saya seorang Buddhis, engkau seorang Kristen." Adalah penting untuk di
ingat di sini bahwa kita semua adalah mahluk hidup yang mencari kebahagiaan
dan ingin menyelami Kebenaran, yang masing-masing menemukan satu metoda yang
sesuai.
konkret, seperti: "Saya seorang Mahayanis, engkau seorang Theravadin," atau
"Saya seorang Buddhis, engkau seorang Kristen." Adalah penting untuk di
ingat di sini bahwa kita semua adalah mahluk hidup yang mencari kebahagiaan
dan ingin menyelami Kebenaran, yang masing-masing menemukan satu metoda yang
sesuai.
Bagaimanapun, mempertahankan pikiran yang terbuka terhadap
pendekatan yang
berbeda tidak berarti mencampur-adukan semuanya dengan acak, dan membuat
latihan kita seperti cap-cai. Jangan mencampur teknik-teknik meditasi dari
tradisi yang berbeda dalam satu latihan meditasi. Dalam satu masa latihan,
lebih baik mempraktekkan satu cara saja. Jika kita mengambil sedikit dari
teknik ini dan secuil dari teknik itu, tanpa benar-benar mengerti satu
teknik pun, hasilnya barangkali hanya kebingungan!
berbeda tidak berarti mencampur-adukan semuanya dengan acak, dan membuat
latihan kita seperti cap-cai. Jangan mencampur teknik-teknik meditasi dari
tradisi yang berbeda dalam satu latihan meditasi. Dalam satu masa latihan,
lebih baik mempraktekkan satu cara saja. Jika kita mengambil sedikit dari
teknik ini dan secuil dari teknik itu, tanpa benar-benar mengerti satu
teknik pun, hasilnya barangkali hanya kebingungan!
Meskipun ajaran dari suatu tradisi bisa memperkaya pengertian dan
latihan
dari teknik yang lain, di nasihatkan untuk mempraktekkan hanya satu metoda
dalam latihan sehari-hari. Jika kita melakukan meditasi pernafasan hari ini,
melafalkan Buddha keesokan harinya, meditasi analitis pada hari ketiga, maka
kita tidak akan memperoleh kemajuan dalam satu metoda pun karena tidak
adanya kontinuitas dalam latihan tersebut.
dari teknik yang lain, di nasihatkan untuk mempraktekkan hanya satu metoda
dalam latihan sehari-hari. Jika kita melakukan meditasi pernafasan hari ini,
melafalkan Buddha keesokan harinya, meditasi analitis pada hari ketiga, maka
kita tidak akan memperoleh kemajuan dalam satu metoda pun karena tidak
adanya kontinuitas dalam latihan tersebut.
PRA-KATA
Sebagaimana halnya dengan agama-agama lain timbul madzhab
dikalangan para pengikutnya, maka
demikian pula Budhisme ini setelah Budha
wafat terjadi juga perpecahan menjadi beberapa aliran/sekte dikalangan
pengikutnya.
Yang menjadi salah satu alasan utamanya adalah karena adanya
perbedaan pandangan tentang Dhamma yang diajarkan Sang Budha.
Beberapa minggu setelah Sang Budha (483 SM) seorang bikkhu tua yang
tak disiplin bernama Subhadha berkata “janganlah
bersedih kawan-kawan, janganlah meratap, sekarang kita terbebas dari pertapa
agung yang tidak akan lagi memberi tahu kita apa yang sesuai untuk dilakukan
dan apa yang tidak, yang membuat hidup kita menderita; tetapi sekarang kita
dapat berbuat apapun yang kita senangi dan tidak berbuat apa yang tidak kita
senangi”, dengan kata lain para Bikkhu dapat melakukan apa yang diinginkan
karena Sang Buddha sudah tiada. Bikkhu Kassapa, setelah mendengar kata-kata itu
memimpin pasamuan agung (konsili) di Rajagaha. [1]
Dalam pasamuan agung yang pertama inilah
mereka mengikuti ajaran Sang Budha seperti tersebut dalam kitab Vinaya-Pitaka,
sebagaimana sabda Sang Budha yang terakhir: “Jadikanlah Dhamma dan Vinaya
sebagai pelita dan pelindung bagi dirimu”.[2]
BERAGAM
SEKTE-SEKTE AGAMA BUDHA
Buddha Dharma
atau Ajaran Buddha hanya satu. Apakah itu Theravada, Mahayana, ataupun
Tantrayana (Vajrayana).Theravada itu sendiri bisa digolongkan dalam aliran
Hinayana (Kereta Kecil) sedangkan Mahayana dan Tantrayana digolongkan ke dalam
aliran Mahayana (Kereta Besar)Semuanya merupakan satu kesatuan dengan
bermacam-macam dan metoda-metoda yang diperkenalkan kepada umat manusia agar
terlepas dari penderitaan dan menuju pembebasan (Nirvana).
Seperti yang
kita ketahui,Secara umum garis-garis besar ajaran Sang Buddha dapat diringkaskan
sebagai berikut :
- Tri Ratna (Buddha,Dharma,Sangha). Sebagai sendi dasar ajaran Buddha dimana umat berlindung kepadaNya.
- Empat Kebenaran Mulia dan Delapan Jalan Utama.
- Tiga
Corak umum dari alam Fenomena -- Anicca
/ Anitya ( Semua yang berkondisi adalah tidak kekal), Dukkha
( Semua yang berkondisi adalah tidak memuaskan), Anatta
/ Anatma( Semua yang berkondisi ataupun tidak adalah Tanpa
Inti dan mengalami perubahan) - Hukum Pattica Sammupadda/Pratityasamudpada : Hukum tentang sebab dan akibat yang saling bergantungan.
- Hukum karma dan kelahiran kembali.
Ajaran-ajaran
tersebut secara universal diterima oleh umat Buddha diseluruh dunia baik dari
aliran Mahayana maupun Hinayana.
Perkembangan
Tradisi Ajaran Buddha Setelah Sang Buddha Parinirvana Beberapa abad setelah
Parinirvana Sang Buddha,maka muncullah 4 golongan besar yang semuanya
menyatakan perwakilan asli ajaran Sang Buddha.Golongan-golongan ini muncul
bukan karena berbeda dalam ajaran Sang Buddha,tetapi hanya perbedaan dalam
penafsiran.Ada yang cocok dengan penafsiran ini dan ada yang cocok dengan
penafsiran itu tergantung dengan kecocokan penafsiran dalam Buddha Dharma. 4
golongan besar inilah muncul 18 aliran dan inilah sejarah atau akar dari
aliran-aliran Hinayana maupun Mahayana.
Golongan Sarvastivada (Berbahasa Sanskerta) terbagi menjadi :
1.
Mula-Sarvastivadin
2.
Kasyapiya
3.
Mahasasaka
4.
Dharmagupta
5.
Bahusrutiya
6.
Tamrasatiya
7.
Vibhajyavada
Golongan Sammatiya
(Berbahasa Apabhramsa) terbagi menjadi :
8.
Kaurukullaka
9.
Avantaka
10.
Vatsiputriya
Golongan Mahasanghika
(Berbahasa Prakrit/Pali) terbagi menjadi :
11.
Purvasila
12.
Aparasila
13.
Haimavata
14.
Lokottaravada
15.
Prajnaptivada
Golongan Sthavira
(Berbahasa Paisaci) terbagi menjadi :
16.
Mahaviharavasin
17.
Jetavaniya
18.
Abhayagirivasin
Hal-hal
tersebut disesuaikan dengan izin Sang Buddha untuk mencatat atau mengingat
dengan kanon atau bahasa mereka masing-masing,seperti yang tertera dalam
Cullavaga V,33,1 (Anujanami,bhikave,sakaya-nituttiya buddhavacanam
pariyapunitum)
Dari 4 golongan
besar inilah muncul Tradisi Hinayana dan Mahayana.Pada dasarnya tradisi
Mahayana timbul dari ajaran Sang Buddha bahwa setiap Individu memiliki potensi
ke-Buddha-an dan percaya mereka dapat mencari keselamatan atau mencapai
pencerahan melalui campur tangan Makhluk Agung Dhyani Buddha(Cosmic
Buddha)ataupun Boddhisatva.Karena cinta kasih (metta-karuna) sebagai landasan
maka Mahayana bisa menunda Ke-Budhaaan mereka sendiri sampai mereka telah
menolong makhluk lain menuju pembebasan.Tradisi Hinayana(Theravada) berkata
bahwa potensi ini dapat disadari melalui usaha individual untuk mencapai
berbagai tahap kesucian sampai ketahap kesucian tertinggi yaitu Arahat.
Berbagai
penafsiran yang berbeda ini secara doktrin sama sekali tidak ada
pertentangan.Mereka bebas untuk menafsirkan ayat-ayat suci ataupun sutta/sutra
menurut pemahaman mereka.Baik Tradisi Mahayana ataupun Hinayana(Theravada)
adalah satu dalam penerimaan mereka akan Sang Buddha dan AjaranNya sebagai
satu-satunya jalan untuk mencapai Nirvana(Nibbana).
Persamaan yang
sangat jelas diantara kedua Tradisi ini adalah :
- Keduanya menerima Sang Buddha Sakyamuni sebagai Sang Guru.
- Keduanya menerima Empat Kebenaran Ariya.
- Keduanya menerima Jalan Ariya Beruas Delapan.
- Keduanya menerima Paticca Samuppada (Sebab Akibat Yang Bergantungan)
- Keduanya menerima Hukum Karma.
- Keduanya
menerima Anicca,Dukkha,Anatta dan Sila Samadhi Panna tanpa
Perbedaan apapun. - Keduanya
menolak gagasan suatu makhluk adikuasa yang menentukan takdir
Ataupun yang memerintah dan menciptakan dunia ini. - Keduanya menolak kepercayaan adanya Jiwa Abadi.
- Keduanya menerima tumimbal lahir setelah kematian.
- Keduanya menerima doktrin Devaloka(alam Dewa) dan Brahmaloka.
- Keduanya berlindung pada Tri Ratana/Tri Ratna(Buddha,Dharma,Sangha)
- Keduanya menerima Nirvana/Nibbana sebagai pencapaian akhir.
Perkembangan Sekte-Sekte Agama Buddha
Setelah kita
memahami adanya dua Tradisi besar didalam Ajaran Buddha maka sesuai dengan
daerah dan tempat,tradisi itu juga berkembang dengan berbagai sekte-sekte.
Dalam Tradisi Hinayana muncul 2 sekte yaitu :
1.
Sekte
Abhidharma-Kosa ( Ci She Cung / Kusa)
Aliran ini adalah pewaris dari aliran Sarvastivada di India,dengan
berdasarkan karya sastra yang ditulis oleh YM.Vashubandu yaitu Abhidharma Kosa
Sastra
serta kitab-kitab Abhidharma dari aliran Sarvastivada dan Maha Vaibasha Sastra.Aliran ini lebih mengutamakan penyelidikan Abhidharma.Secara Filosofis sekte ini digolongkan Realistis.Mereka menekankan bahwa segala macam Sankhara dan alam fenomena memang bereksistensi walaupun segala macam sankhara dan fenomena ini dicengkeram oleh Anitta,Dukkha, Anatta.
serta kitab-kitab Abhidharma dari aliran Sarvastivada dan Maha Vaibasha Sastra.Aliran ini lebih mengutamakan penyelidikan Abhidharma.Secara Filosofis sekte ini digolongkan Realistis.Mereka menekankan bahwa segala macam Sankhara dan alam fenomena memang bereksistensi walaupun segala macam sankhara dan fenomena ini dicengkeram oleh Anitta,Dukkha, Anatta.
Sejak tahun 383 Masehi hingga tahun 654 Masehi sekte ini berkembang
di daratan Tiongkok berkat usaha Paramartha, Kumarajiva, dan Suan Cuang.Pada
tahun 658 Masehi sekte ini diperkenalkan ke Jepang.
2.
Sekte
Satyasiddhi ( Chen Se Cung / Jiojice)
Aliran ini termasuk golongan Sautarantika di India.Berdasarkan
karya Harivarman (250 M ? 350 M) yang berjudul Satyasiddhi Sastra.
Aliran ini berbeda dengan aliran Abhidharma Kosa.Karena mereka
menyangkal adanya eksistensi Sankhara dan alam fenomena.Ini digolongkan aliran
Nihilistik dari Hinayana.Antara tahun 411 dan 412 M Kumarajiva menterjemahkan
sastra ini kedalam bahasa Tionghoa dan mulai dikembangkan.Pada tahun 658 M
seorang Biksu dari Korea memperkenalkan ajaran ini ke Jepang.
Dalam Tradisi Mahayana muncul 9 sekte yaitu:
Sekte Yogacara/Dharmalaksa/Vijnanavada (Wei She Cung/Hoso)
Di India sekte
ini disebut Yogacara atau Vijnanavada.Bermula dari Arya Asanga abad V Masehi
yang menyusun Yogacarabhumi Sastra (Yu Cia She Ti Luen).Sastra lainnya yang
ditulis beliau adalah Mahayana Samparigraha Sastra (She Ta Chen
Luen).Terjemahan ke dalam bahasa Tionghoanya di lakukan oleh
Buddhasanta,Paramartha dan Suan Cuang.
Isi dari
sastra-sastra tersebut menerangkan : Vijnana Citta,Sad Paramitha,Sila
Samadhi,Prajna serta Dasabhumi dan Tri-Kaya.
Aliran ini
adalah suatu sekte Mahayana yang khusus menganalisa tentang objek-objek mental
dan fenomena,sehingga sukar dimengerti oleh awam.Adanya 5 kelompok dan 100 dharma(Keberadaan
Elemen/Mental), yaitu:
Kelompok I :
8 Cittadharma (mind)
Kelompok II : 51 Caitasika Dharma (mental function)
Kelompok III : 11 Rupa Dharma (Form-Element)
Kelompok IV : 24 Citta Viprayukta (Sankhara-Things not
associated with
- Mind)
- Mind)
Kelompok V : 6
Asankrta Dharma (non created elements)
Jadi
keseluruhan ada 100 Dharma. Aliran Yogacara ini juga berpedoman pada Sandhi
Nirmocana Sutra, Dasabhumi Ka Sastra,Vijnapti Matrada Sidhi karya Dharmapala
terjemahan Suan Cuang.Pada Masa Sekarang Sekte ini hanya dipelajari di
perguruan tinggi Buddhis dan hanya terbatas pada kaum intelektual saja.
Sekte Tri-Sastra (San Luen Cung / San Ron Shyu)
Aliran ini di
India disebut Madyamika juga di sebut Sunyatavada.Aliran ini di India
dipelopori oleh Nagarjuna dan Arya Deva (antara abad I dan II Masehi) kemudian
disusul oleh Buddhapalitta dan Bhavaviveka dan akhirnya Candrakirti.Di Tiongkok
dipelopori oleh Kumarajiva (Abad V).
Aliran ini
berpedoman pada tiga buah sastra Yaitu:
- Madyamika Karika (Cung Luen) karya Nagarjuna.
- Dvadasa-dvara (Se Er Men Luen/Sastra 12 bagian)Karya Nagarjuna
- Sata-Sastra (Pai Luen / Sastra dari 100 bagian) karya Arya Deva.
Tiga pokok Utama
dari Madyamika adalah :
- Menyangkal yang keliru dan menegakkan yang benar.
- Penekanan pada arti penting terhadap Samvrti-satya/Semutti-sacca dan Paramartha-satya/Paramatha-sacca.
- Delapan Metode untuk menyangkal secara dialektik, yaitu :Tidak lahir, Tidak sama, Tidak lenyap, Tidak Berbeda, Tidak langgeng, Tidak datang, Tidak putus, Tidak pergi
Kedelapan
metode tersebut merupakan suatu cara yang dialektif untuk menganalisa dan
mengerti suatu masalah.
Penekanan
Samvrti-satya ialah: Semua kebenaran umum bila dilihat dan ditinjau secara umum
adalah benar,tetapi dilihat dan ditinjau secara kebenaran absolut/kebenaran
akhir (Paramartha-Satya) adalah tidak benar.
Sekte ini
begitu menitik-beratkan pada metode analisa dan perenungan,sehingga susah
dicerna oleh umat awam.Sekte ini pada saat ini hanya dipelajari di perguruan
tinggi Buddhist dan hayna terbatas untuk kaum intelektual saja.
Sekte Avatamsaka (Hua Yen Cung / Kegonshyu)
Sekte ini
berasal dari Tiongkok dan tidak terdapat di India.Sekte ini bersumber pada
Avatamsaka Sutra (Hua Yen Cing) Sutra Lingkaran Bunga,sebuah sutra besar dari
Mahayana.Sutra ini sangat sulit untuk dimengerti dan memerlukan kebijaksanaan
yang tinggi untuk mencernanya.
Secara
Legendaris dikisahkan bahwa setelah pencapaian Samyak-sambodhi oleh Buddha
Gautama,beliau menerangkan isi sutra tersebut namun sayang sutra tersebut hanya
dapat dipahami oleh beberapa murid-murid utamaNya.Tidak ada manusia yang dapat
memahami isi sutra tersebut.Sehingga sutra tersebut dititipkan kepada istana
Dewa Naga dan Sang Buddha berpesan kepada Raja Dewa Naga kelak ada seorang
murid beliau yang akan mengambilnya.Setelah 500 tahun Sang Buddha
parinirvana,Nagarjuna berhasil mendapatkan kembali sutra tersebut.Sutra
tersebut aslinya berbahasa Sangskerta.Sebagian sutra ini telah hilang akibat
pergolakan politik dan agama di India dan sebagian berhasil diselamatkan dan
diterjemahkan dalam bahasa Tionghoa oleh Buddhabadra, Siksananda dan
Prajna.Pembentukan aliran ini dipelopori oleh Biksu Sien Sou (Tu Sun) yang hidup
antara tahun 557-640 Masehi.
Sekte ini
menekankan pada pengertian terhadap Dharmadhatu yang dapat diartikan sebagai
Kebenaran Akhir.Disamping itu pengertian terhadap Dasabhumi juga di
tekankan.Pembagian waktu terhadap ajaran Sang Buddha.
Ajaran ini juga
menerapkan ajaran Hinayana dan Mahayana. Seperti:
- Ekayana dari Avatamsaka.Dalam hal ini Ekayana diajarkan dengan metode yang sama serta sejajar dengan triyana(Tiga pelajaran) Yaitu : Hinayana,Mahayana yang bertahap dan ajaran Pelaksanaan segera Mahayana.
- Ekayana dari Avatamsaka yang berdiri sendiri.Disini ekayana Avatamsaka lebih tinggi daripada yang lain serta adanya keharmonisan yang total dari ekayana.
Dewasa ini
Sekte Avatamsaka hanya aktif di Jepang daripada di Tiongkok sendiri. Di Jepang
pusat dari sekte ini berada di Vihara Todaiji di Nara.Ajaran-ajaran dari sekte
ini juga dapat dipelajari di perguruan tinggi buddhis dan dikuasai kaum
intelektual.
Sekte Thien Thai (Thien Thai Cung / Tendaishyu)
Ini adalah
sebuah Sekte Mahayana yang besar dan berpengaruh di Asia.Sekte ini terbentuk di
bumi Tiongkok dengan mengambil nama sebuah gunung di provinsi Ce Ciang,Tiongkok
Timur yaitu Gunung Thien Thai (Panggung Sorgawi).
Di gunung
ThienThai ini secara resmi Biksu Ce Khai (531-597) guru besar Thien Thai
mendirikan sekte ini.Sebelum beliau telah ada dua orang biksu intelektual
lainnya.Hui Wen (510-557) dan Hui She (514-577) yang meratakan jalan dan
merintis berdirinya sekte ini.
Sekte ini
berpedoman pada Saddharma Pundarika Sutra (Fa Hua Cing), Amitartha Sutra ( Wu
Liang I Cing) dan Nirvana Sutra (Nie Phan Cing).
Disamping itu
ada 3 tafsiran sutra dan karya sastra yang disusun oleh.Hui Wen,
Hui She dan Ce Khai yaitu :
Hui She dan Ce Khai yaitu :
- Fa Hua Wen Cii (Words and Phrases of the Lotus)
- Fa Hua Suen I (Profound meaning of the Lotus)
- Mo Ho Ce Kuan Fa Men (Mahayana Vipasyana/Mahayana method of cessation and contemplation)
Selain itu
sekte ini juga berpedoman pada Maha Prajna Paramita Sutra,Mahayana Sradhotpada
Sastra serta sutra-sutra lainnya.Dapat dikatakan Thien Thai merupakan sebuah
aliran Buddhis besar yang memadukan bermacam-macam cara sehingga terbentuklah keharmonisan
yang agung.Dalam sekte ini terdapat cara yang mempelajari sutra dan
sastra,bhakti-puja,pembacaan doa,pengulangan sutra,mantra,dharani serta menitik
beratkan Sila dan Samadhi agar mencapai Prajna.
Sama halnya
dengan Sekte Avatamsaka,Sekte Thien Thai juga mengenal klarifikasi 5 Pembagian
Waktu terhadap ajaran Sang Buddha sebagai berikut:
- Periode
Avatamsaka : Dimana selama 3x7 hari Sang Buddha menerangkan
Dharma yang amat sukar di mengerti oleh umat awam,hanya dimengerti oleh para Bodhisatva dan para makhluk agung lainnya. - Periode Agama Sutra : Dimana selama 12 tahun Sang Buddha menerangkan Dharma yang dimengerti oleh umat awam.dan ini di mulai dari Taman Rusa waktu Asadha dengan Dharmacakra Pravartana Sutra.
- Periode Vaipulya Sutra : Selama 8 tahun Sang Buddha menerangkan apa yang tercantum pada ? Lankavatara Sutra?,?Vimalakirti Nirdesa Sutra?, ?Suvarnaprabhasa Sutra?,serta sutra-sutra lainnya.
- Periode Prajna Paramita Sutra : Dimana selama 23 tahun Sang Buddha menerangkan Maha Prajna Paramita Sutra dengan Prajna dan Sunya menerangkan Dharma.
- Periode Sadharma Pundarika Sutra dan Nirvana Sutra: Dimana selama 8 tahun Sang Buddha menerangkan Saddharma Pundarika Sutra.Namun sehari sebelum parinirvana beliau sempat menerangkan Nirvana Sutra.
Aliran Thien
Thai menerangkan adanya Ekayana (Kenderaan Tunggal) menganggap Hinayana dan
Mahayana adalah satu dari kesatuan yang tak terpisah.Semua ajaran Sang Buddha
adalah sama atau disebut Buddhayana. Disamping itu juga menerangkan Triyana
(Tiga Kenderaan) secara sementara. Yaitu :
- Sravakayana : Mereka yang mendengarkan Dharma kemudian berusaha.
- Pratyekayana : Mereka yang berusaha mencapai penerangan sempurna dengan usaha sendiri.
- Bodhisatvayana : Mereka yang berusaha mencapai penerangan sempurna dengan jalan bodhisatva.
Sebenarnya
ketiga Yana tersebut hanyalah dipakai sebagai bahan pengajaran dan bimbingan
yang pada akhirnya akan menuju Ekayana (Kenderaan Tunggal)/Buddhayana(Kenderaan
Buddha).
Sekte Tantra (Mi Cung/Cen Yen Cung/Shingoshyu)
Adakalanya
Sekte Tantra dianggap berdiri sendiri, tetapi adakalanya sekte Tantra
digolongkan ke Mahayana.Dalam membahas Sekte Tantra,kita akan membahas 2 macam
Tantra Buddhis. Yang Pertama dapat kita katakan Tantra Timur dan yang
Kedua Tantra Tibet. Sedangkan Tantra Timur terbagi 2 lagi yaitu Tantra yang
ada pada Sekte Thien Thai dan Tantra yang ada pada aliran Cen Yen yang kemudian
dibawa ke Jepang dengan nama Shingoshyu.Yang Dimaksud Tantra Tibet adalah
Tantra yang diterapkan di Tibet,Mongolia,Bhutan dan Nepal serta di wilayah
sekitarnya.
Tantra Timur
berkembang di Tiongkok pada abad VII ketika 3 orang Guru Besar Tantra datang
dari India.Mereka Adalah :
- Subhakarasinha (San Wu Wei 637-735 M)Pada tahun 716 M beliau tiba di Ch?ang An setelah belajar di Nalanda.Pada tahun 725 M beliau bersama I Cing menterjemahkan sutra Tantra yang terkenal yaitu Maha Vairocana Sutra (Ta Re Ju Lai Cing).
- Vajrabodhi ( Cin Kang Che 663-723 M ).Beliau juga pernah belajar di Nalanda dan pada tahun 720 M menerjemahkan Vajrasekhara Sutra (Cing Kang Ting Cing) ke dalam bahasa Tionghoa.
- Amoghavajra ( Pu Khung 705-774 M) Beliau adalah murid Vajrabodhi dan pada tahun 746 tiba di Chang an.
Tantra Tibet :
Pada tahun 747 M Guru Padmasambhava (Lien Hua Seng Ta She) tiba di Tibet.Pada
saat itu di Tibet terjadi pergolakan agama tradisi yang disebut Bon-pa.Dimana
tradisi Bon-pa sangat menerapkan pelajaran ilmu-ilmu sesat yang menghalalkan
segala cara termasuk persembahan manusia sebagai korban dengan ritual-ritual
yang memakai darah dan tulang serta mengharuskan incest (berhubungan sex dengan
orangtua,atau saudara sendiri sehingga melahirkan anak yang dimana dewa-dewa
Bon-pa akan menitiskan ilmu tersebut.Bagi anak hasil hubungan tersebut adalah
anak yang akan dijadikan semacam Brahmana bila dikasta Hindu).
Setelah
kedatangan Guru Padmasambhava ke Tibet untuk mengenapi Perjanjian beliau
dikehidupan masa lalu bersama saudara-saudaranya.Akhirnya GuruPadmasambhava
berhasil menundukkan agama pribumi yang dikatakan sesat tersebut dan
terbentuklah perpaduan yang harmonis dengan Buddhisme. Makanya didalam Tantra
Tibet kadang terdapat ritual memakai darah dan tulang.
Buddha
Rupang,Bodhisatva rupang,Vajra rupang maupun Rupang-rupang ritual-ritual
Buddhis lainnya terkesan Sangar dan berwajah Kejam dan memang begitulah
rupang-rupang tersebut untuk menundukkan Dewa-dewa Bon-pa yang tak akan bisa
lagi ditundukkan dengan wajah Metta-Karuna.Kemudian tradisi Rupang tersebut
dipertahankan sampai sekarang.Konon pengikut-pengikut Bon-pa yang tak mau
bertobat di bumi hanguskan semua oleh Padmasambhava kemudian menyeberangkan
arwah-arwah mereka ke Sorga Sukhavati dengan Abhina Tantra yang dimiliki oleh
beliau.Bagi yang belum memiliki kebijaksanaan tinggi tentu akan
bertanya,Mengapa? Inilah Tantra alias Ajaran Rahasia.karena tidak semua orang
itu bijaksana,apabila ajaran ini tidak dirahasiakan,maka setiap makhluk yang
kebijaksanaannya belum mencapai batas target yang diminta untuk menerima ajaran
rahasia ini dan bila dipaksakan akan menjadi sesat dan tak waras.Makanya Sang
Buddha pernah mengatakan tak ada lagi ada secuilpun ajaran yang kusimpan maupun
yang kurahasiakan.Karena ajaran rahasia telah diwariskan oleh Sang Buddha
kepada orang yang patut untuk mendapatkannya.
Jadi Sang
Buddha tidak berbohong dan yang menerima warisan Tantra juga tak
berbohong.Karena setelah 500 tahun Sang Buddha Parinirvana ajaran Tantra baru
mulai dikembangkan,mungkin pesan dari Sang Buddha kepada PewarisNya karena
WAKTU untuk mengembangkan ajaran Tantra belum tiba saatnya.
Logikanya bila
kita mendapat 10 soal ujian,apabila kita hanya bisa menjawab 3 soal dari 10
soal tersebut,apakah guru kita akan memberi nilai 100 kepada kita? Tentu saja
kita tak pantas mendapatkannya karena kepintaran dan kebijaksanaan kita hanya
mendapat nilai 30.Apakah dengan nilai 30 kita akan menjadi juara umum?Tentu
saja tidak.Apakah pantas kita untuk mendapat bea siswa karena mendapat nilai
30?Jawabannya juga tidak.Jadi yang mendapat ajaran rahasia dari Sang Buddha
juga hanya orang yang pantas mendapatkannya.Dan orang yang tak mendapatkannya
hanya bisa berdebat dengan memakai sutra-sutra Sang Buddha sendiri untuk
menjelekkan yang mendapatkan Tantra tersebut.Konon di kisahkan Y.M Rahula anak
beliau sendiri yang mendapatkan pengetahuan Tantra ini karena beliau yang
terkemuka dalam hal-hal yang eksoterik ini,namun sayang mengenai Y.M Rahula
yang terkenal dengan melakukan kebaikan hanya terdapat catatan kecil mengenai
diri beliau.Cullarahulavada Sutta ( Majjhima Nikaya) mengenai nasehat kecil
untuk Rahula yang mencapai pencerahan seketika setelah beliau menerima nasehat
dari Sang Buddha.Di hutan Andha ini Sang Buddha memberi Nasehat Kecil kepada
beliau dan nasehat kecil itu apa? Namanya Ajaran Rahasia tentu harus
dirahasiakan dong,kalau tidak udah gak rahasia lagi. Y.M Kassapa mendapatkan
ajaran dari hati ke hati. Jadi setiap siswa-siswa Sang Buddha mempunyai
kelebihan dibidang masing-masing.Y.m Anuruddha mempunyai Debbacakkhu (Mata
Dewa).Dengan Mata Dewa beliau dapat mengetahui di sorga mana Sang Buddha berkhotbah
dan siswa mana yang mendampingi beliau saat mengajarkan Dharma,kadang Y.M
Sariputra,kadang YM.Subukti,Kadang Y.M Moggalana.Setiap Dharma yang diucapkan
Sang Buddha saat mengajar di alam Sorga di ceritakan oleh YM.Anuruddha kata
demi kata kepada Y.M Ananda untuk mengingatnya.
Intinya kita
tidak boleh mengintimidasi sekte-sekte yang telah ada.Kadang saya sering
mendengar ocehan dan ejekan tentang penghinaan pada sekte tertentu.
Terus-terang pelanggaran ini juga termasuk memecah belah Sangha.Garuka Karma.Jangan
gara-gara iseng kita dilahirkan dialam neraka dalam waktu berkalpa-kalpa.
Perkembangan Tantra di Tibet dapat dibagi menjadi tiga periode :
- Masa permulaan
- Masa pertengahan dan pembaharuan
- Masa Permulaan gelar Dalai Lama diabad XVII hingga sekarang.
Adapun Sekte-sekte yang ada pada aliran Tantra Tibet adalah:
- Sekte Nin-ma-pa : Ini biasanya disebut pengikut jubah dan topi merah.Sekte ini didirikan oleh Guru Padmasambhava dan Santarakshita pada tahun 749 M
- Sekte Kah-Dam-pa : Ini dipelopori oleh Atisa pada tahun 1035 M.
- Sekte Ge-Lug-pa : Ini biasanya juga disebut dengan Lama yang bertopi dan berjubah kuning.Sekte ini adalah sekte pembaharuan yang di pelopori oleh Tsong-kapa pada abad XV.Dan Y.M Dalai Lama berasal dari sekte ini.
- Sekte Kar-gyu-pa : Sekte ini didirikan oleh Lama Marpa pada abad XI. Dan tokoh yang terkenal dalam sekte ini adalah MILAREPA.
- Sekte Sakya-pa : Sekte ini didirikan oleh Lama Konmeho-oggyal-po pada tahun 1072M.
Secara teknik
dan filosofis diantara sekte-sekte ini tidaklah terdapat perbedaan.
Mereka hanya berbeda didalam penerapan dan metode yang berbeda.
Mereka hanya berbeda didalam penerapan dan metode yang berbeda.
Ada 4 macam tingkat Tantra Tibet yaitu :
Tingkat Pemula :
Kriya
Tantra
Carya
Tantra
Tingkat Lanjutan :
Yoga
Tantra
Anuttara
Tantra
Kitab Suci
Buddhis di Tibet merupakan salah satu kumpulan kitab suci Buddhis yang kaya
raya.Kedudukan kitab suci Tibet tak kalah penting dengan kitab berbahasa Pali
maupun bahasa Tionghoa. Kumpulan kitab suci bahasa Tibet disebut Kah-Gyur (
Sebagian besar terjemahan bahasa Sanskerta dan sebagian kecil terjemahan bahasa
Tionghoa)
dan Tan-Gyur (Komentar/Tafsiran).
dan Tan-Gyur (Komentar/Tafsiran).
Kah-Gyur terdiri atas 3 bagian :
- Dul-Va (Vinaya) : Terdiri dari 13 bagian.Peraturan-peraturan yang berasal dari kaum Sarvastivada serta adanya juga Vinaya untuk Biksuni.
- Do (Sutra) : Terdiri dari 66 bagian yang mencatat ajaran Sang Buddha. Seperti juga sutta-sutta Pali dan Tionghoa.Do juga diawali dengan Evam Maysu Tram (Demikianlah yang telah kudengar)
- Cho-Non-Pa (Abhidharma) : Terdiri dari 21 bagian. Disamping ketiga bagian tersebut masih adalagi yang disebut Rgyud (Tantra),yang terdiri dari 22 bagian serta mencatat tentang upacara,doa-doa,dharani-dharani,mudra-mudra,mandala-mandala dan lain sebagainya.
Tantrayana Di
Bumi Nusantara dengan adanya candi Borobudur dan candi Mendut serta candi-candi
lainnya baik yang dipulau Jawa maupun Sumatera dan pulau lainnya.Sangat jelas
membuktikan bahwa Tantrayana pernah berkembang baik di Bumi Nusantara ini.
Pada tahun 414 M.Seorang Bhiksu Tionghoa yang bernama Fa Shien mencatat dalam bukunya ‘Fo Kuo Ci’ hanya mengatakan sedikit tentang aktifitas Buddhis di Bumi Nusantara, terutama di Pulau Jawa.
Pada tahun 414 M.Seorang Bhiksu Tionghoa yang bernama Fa Shien mencatat dalam bukunya ‘Fo Kuo Ci’ hanya mengatakan sedikit tentang aktifitas Buddhis di Bumi Nusantara, terutama di Pulau Jawa.
Pada abad VII
seorang Biksu Tionghoa lainnya yang bernama I Tsing dalam bukunya ‘Nan Hai Ci
Kuei Nie Fa Cuan’ ( A record of the Buddhism Religion as practised in India and
the Malay Archipelago,Translate by J.Takakusu 1896) mengatakan bahwa Buddhisme
sangat berkembang dengan pesat sekali terutama Sekte Tantra di Pulau Sumatera. Karya
Sastra mengenai Tantrayana di Pulau Jawa yang ditulis dalam Bahasa Jawa kuno
(Kawi) ‘Sang Hyang Kamahayanikan’ juga berisi ajaran Tantra.
Sekte Dhyana (Chan Cung / Zen )
Sekte ini lebih
dikenal dengan sebutan Buddhisme Zen.Sekte Zen banyak menarik perhatian kaum
intelektual,seniman dan kaum muda-mudi di dunia barat maupun di Timur.Meskipun
pengikut sekte Zen tidak dapat dihitung secara kuantitas kehadiran mereka cukup
berarti.
Secara harafiah
Zen adalah perubahan bunyi dari kata ‘Chan’ (tionghoa) Dhyana (Sanskerta) yang
dapat diartikan Meditasi. Secara legendaris dikisahkan: Pada ketika dalam
pertemuan Dharma Sang Buddha berkumpul dengan para siswaNya.Pada waktu itu itu
datanglah seorang Brahmana yang memberikan sekuntum bunga Khumbala kepada Sang
Buddha seraya berharap Sang Buddha menerangkan Dharma.
Pada saat itu
Sang Buddha tidak mengucapkan sepatah kata apapun dan tak ada seorang siswapun
yang mengerti.Hanya Maha Kassapa yang mengerti,ketika beliau melihat wajah Sang
Buddha yang tersenyum dalam meditasi dan memancarkan sinar.Maha Kassapa juga
ikut tersenyum.Kemudian berkatalah Sang Buddha kepada Maha Kassapa, Engkaulah
Maha Kassapa yang dapat mengerti pelajaran tersebut,dan pelajaran tersebut
diwariskan kepadamu.Inilah yang sering dikatakan sebagai pelajaran yang
diberikan dari hati ke hati dan tidak melalui kata-kata (ucapan).
Sekte Zen lahir
dan tumbuh di bumi Tiongkok ketika pada tahun 520 M. Bodhidharma ( Ta Mo Ta She)
seorang Biksu India anak seorang Bangsawan India yang datang ke Tiongkok untuk
memperkenalkan Sekte tersebut.Silsilah dari sekte Zen (Pewaris Jubah dan relik
Sang Buddha)dapat kita lihat sebagai berikut :
- Sakyamuni Buddha 15. Kanadeva
- Maha Kassapa 16. Arya Rahulata
- Ananda 17. Samghanandi
- Sanavasa 18. Samghayasas
- Upagupta 19. Kumarata
- Dhritaka 20. Jayata
- Micchaka 21. Vasubhandu
- Buddhanandi 22. Manu
- Buddhamitra 23. Hakkenayasas
- Biksu Parsva 24. Biksu Simha
- Punyayasas 25. Vasasita
- Asvaghosha 26. Punyamitra
- Kapimala 27. Prajnatara
- Nagarjuna 28. Bodhidharma (Ta Mo Cu She)
Setelah kedatangan Bodhidharma ke Tiongkok juga dikenal sebutan enam
Patriarch sebagai berikut :
Patriarch I :
Boddhidharma Patriarch IV : Tao Sin
Patriarch II : Hui Khe Patriarch V : Hung Jen
Patriarch III : Shen Chie Patriarch VI : Hui Neng
Setelah
Patriarch VI Master.Hui Neng,semua sistim Patriarch di tiadakan,ini disebabkan
tak ada lagi yang harus dipertahankan Jubah maupun relik Sang Buddha yang pada
saat generasi Patriarch I Bodhidharma dimana banyak yang mengincar jubah dan
relik Sang Buddha terutama Biksu kerajaan yang agak sesat Liu She San
Cang.Mungkin untuk meneruskan tradisi Bodhidharma meneruskan kepada Hui Khe dan
seterusnya sampai kepada Master Hui Neng yang menurut beliau sifat-sifat
manusia masih penuh dengan Lobha,Dosa dan Moha,banyak murid yang mengincar
kedudukan sebagai seorang Patriarch sehingga sering terjadi perselisihan dan
pertengkaran.Ada versi yang mengatakan Jubah Sang Buddha kemudian di titipkan
kepada Raja Sakka Dewata yang kemudian dibawa Raja Sakka ke sorga Tusita untuk
di teruskan kepada Bodhisatva Maitreya.
Setelah Master
Hui Neng ada beberapa Zen Master yang cukup terkenal antaranya adalah : Master
Han san, Fa Jung, Ma Tsu dan Upasaka Ph’ang serta lain-lainnya. Dasar Filsafat
Zen sering diungkapkan sebagai berikut:
Diberikan
diluar pelajaran,Tanpa menggunakan kata-kata tulisan,Langsung diarahkan ke hati
manusia,mengenal sifat sejati itu sendiri dan menjadi Buddha.
Didalam Zen
Buddhisme,upacara-upacara agama dan ritual-ritual agama tidak begitu
diperhatikan.Pembakaran Dupa Wangi dan lilin juga dilakukan hanya
sekali-kali.Mereka juga mengulang Sutra-sutra tapi itu juga bukan merupakan
suatu ikatan.Bagi mereka meditasi adalah bagian dari kehidupan mereka.Namun
meditasi tak menjamin seseorang menjadi Buddha.Segala sesuatu harus diresapi
dan direalisasikan agar dapat menghayati segala sesuatu apa adanya dan setiap
momen kehidupan.
Mereka begitu
menyintai ketenangan,keheningan serta keindahan alam karena hal-hal tersebut
banyak membantu mereka untuk mencari diri pribadi dan mengenal diri sendiri dan
tentu saja mereka juga sangat menjunjung tinggi moral dan Vinaya.Tanpa
meninggalkan sifat-sifat sejati ajaran Sang Buddha mereka menerapkan metode
yang alamiah dan menyerapi setiap ajaran Sang Buddha.
Bagi Zen,semua
sutra-sutra Buddhist adalah Kitab Sucinya.Namun dapat dikatakan tidak ada
satupun sutra-sutra tersebut yang dipegang erat-erat.Karena menurut mereka
segala sesuatu yang terpenting adalah penghayatan isi sutra dan bukan menghafal
kata-katanya.Namun ada beberapa sutra yang bisa dikatakan sumber bagi Zen
Buddhisme:
- Lankavatara Sutra (Diterjemahkan oleh Buddhabadra ke bahasa Tionghoa)
- Vajrachedika Prajnaparamita Sutra ( Diterjemahkan oleh Kumarajiva)
- Sutra Altar Patriarch VI ( oleh Master Hui Neng)
- Vimalakirti Nirdesa Sutra ( Diterjemahkan oleh Kumarajiva)
- Surangama Sutra (Diterjemahkan oleh Siksananda )
Sekte Zen telah menurunkan berbagai seni budaya Timur seperti: Seni melukis,Upacara minum teh,Seni merangkai
bunga (Ikebana),Seni memanah,seni memahat,dll.
Sekte Sukhavati (Cing Thu Cung / Jodoshyu)
Sekte ini
adalah suatu sekte dari aliran Mahayana yang sangat populer dan dianut oleh berjuta-juta
umat Buddhis di Asia.
Sekte Sukhavati
adalah sebuah sekte yang menitik beratkan puja-Bhakti kepada Amitabha
Buddha.Beliau berdiam di sebuah Sorga yang disebut Sukhavati yang berada disebelah
Barat dari loka dunia ini.
Sekte ini tidak
begitu menekankan pada pelajaran atau penyelidikan sutra-sutra atau
meditasi.Apabila ada umat yang melakukan juga akan lebih baik. Tetapi yang
terpenting adalah mematuhi Pancasila Buddhis dan menyerahkan diri pada kekuatan
Maha Maitri Karuna Amitabha Buddha serta Bodhisatva Mahasatva lainnya.Karena
dunia penuh dengan ketidak kekalan dan penderitaan sedangkan manusia tak
sepenuhnya berhasil mengatasinya.Oleh karena itu segala macam
pemikiran-pemikiran logika telah dikesampingkan.Yang terpenting adalah
penyerahan diri dan bertobat dan mengulangi sebutan atau Zikir dengan Nama
Buddha Amitabha (Namo Amithofo) agar timbul Saddha (Keyakinan) dan Maitri
Karuna yang tak terbatas untuk akhirnya dijemut oleh Amitabha Buddha dan para
Bodhisatva Mahasatva ke dalam Sorga Sukhavati agar terlepas dari Tumimbal lahir
di alam Samsara dan berusaha melatih diri untuk mencapai Anuttara Samyaksambodhi
di Sorga Sukhavati.
Ada 3 Sutra
yang dijadikan pedoman sekte Sukhavati ini adalah:
- Amitabha Sutra/Sukhavati Vyuha Sutra( O Mi Tho Cing)
- Maha Sukhavati Vyuha Sutra (Wu Liang Sou Cing)
- Amitayus Dhyana Sutra (Kuan Wu Liang Sou Cing) Disamping itu pemujaan dan Bhakti Puja terhadap Kuan Im Phu Sah (Avalokitesvara) dan Ta She Ce Phu Sah (Mahastamaprapta).
Sekte Nichiren
Sekte
ini adalah sebuah sekte Buddhis yang berasal dari Sekte Thien Thai dan
dipelopori oleh seorang Bhiksu Jepang yaitu Nichiren Daishonin (1222-1282 M). Beliau
dilahirkan pada satu keluarga nelayan.Sejak kecil beliau sudah tertarik dengan
ajaran Buddha. Beliau selalu berpikir?Kebenaran apa yang disampaikan oleh Sang
Buddha?? Pada usia 15 tahun beliau diupasampada menjadi Biksu.Karena
keingintahunya terhadap Dharma beliau pergi ke Gunung Hi Ei Pusat dari Ajaran
Thien Thai di Jepang dan berdiam disana selama 10 tahun serta giat mempelajari
ajaran Buddha.Disana beliau berguru pada seorang guru yang begitu beliau
hormati yaitu Dozenbo.
Pokok
pangkal utama dari ajaran Nichiren adalah bersumber pada Hokkekyo
(Sadharma Pundarika Sutra). Dengan menyebut dan mengulang ‘Namu Myohorengekyo’ sebagai sebutan mulia yang utama agar dapat menimbulkan Saddha (keyakinan) yang kuat terhadap Hokkekyo dan menghapus karma-karma buruk sekaligus menambah karma-karma baik.Intinya penyebutan dan pengulangan dari Namu Miohorengekyo adalah sebagai penghayatan terhadap Dharma.Seperti telah diceritakan diatas bahwa ajaran Nichiren ini berakar dari ajaran Thien Thai maka ajaran yang diterapkan juga seperti yang diajarkan di ajaran Thien Thai.
(Sadharma Pundarika Sutra). Dengan menyebut dan mengulang ‘Namu Myohorengekyo’ sebagai sebutan mulia yang utama agar dapat menimbulkan Saddha (keyakinan) yang kuat terhadap Hokkekyo dan menghapus karma-karma buruk sekaligus menambah karma-karma baik.Intinya penyebutan dan pengulangan dari Namu Miohorengekyo adalah sebagai penghayatan terhadap Dharma.Seperti telah diceritakan diatas bahwa ajaran Nichiren ini berakar dari ajaran Thien Thai maka ajaran yang diterapkan juga seperti yang diajarkan di ajaran Thien Thai.
Beliau
banyak menulis karya sastra.Di antaranya untuk memperingati Guru beliau yang
amat sangat beliau cintai dan hormati yaitu Dozenbo,beliau menulis
Ho-On-Syo(Sastra tentang balas budi).Dimana beliau menekankan arti balas budi
terhadap orangtua,guru dan negara.Selain itu juga ada karya-karya lain yang
terkenal adalah Kaimokusyo (Sastra tentang membuka mata)dimana beliau
menekankan sifat berkorban beliau terhadap rakyat, negara dan dunia.
Disamping
itu sebuah karya sastra beliau yang mengisahkan garis besar filsafat beliau
yaiyu Shohojisyo.Dalam karya beliau yang berjudul Risho-Ankoku-Ron(Sastra
tentang menegakkan yang benar dan mengatur negara).Beliau tidak sependapat
dengan Sekte Amida(Sukhavati),Zen (Dhyana),Shingon(Tantra) dan
Ritsu(Vinaya).Hingga kini pengikut Nichiren terbagi menjadi 8 sekte.Mereka
sangat aktif dalam usaha-usaha sosial dan kesejahteraan sosial maupun
perdamaian dunia.Pengikut Nichiren tersebar luas di Asia Tenggara,Australia,
Eropa dan Benua Amerika.
Sekte Nichiren Berpedoman dengan Sutra-sutra :
- Muryogikyo ( Wu Liang I Cing/Amithatta Sutra)Terjemahan Dharmagathayasa.
- Hokkekyo
(Miau Fa Lien Hoa Cing/Sadharma Pundarika Sutra)
Terjemahan Kumarajiva. - Nehankyo (Nie Phan Cing/ Nirvana Sutra) Terjemahan Than Wu Chien serta mereka juga menaruh perhatian pada Wimokyo (Wei Mo Cing/Vimalakirti Nirdesa Sutra)Terjemahan Kumarajiva.
Sekte Vinaya (Lii Cung/Ritsusyu)
Sesuai dengan
mazhab ini menitik beratkan pada Vinaya.Sekte ini di Tiongkok di pelopori oleh
Biksu Tao Shu An pada periode Dinasti Tang (abad VI M). Pada sekte Vinaya
terdapat apa yang disebut Catuh-Vinaya (She Fen Lii) yaitu Empat Sumber Vinaya
yang terdiri dari:
- Sarvastivada Vinaya (Se Th’ung Lii) diterjemahkan ke dalam 61 Chuan/Bab pada 404-406 M.Oleh Punyatara.
- Dharmagupta Vinaya (She Fen Lii) diterjemahkan ke dalam 60 bab pada 405 M.Oleh Budhayasas.
- Mahasanghika Vinaya (Ta Seng Che Lii) diterjemahkan ke dalam 40 bab pada 405 M.Oleh Buddhabadra.
- Mahisasaka Vinaya (U Pu Lii) diterjemahkan ke dalam 30 bab pada tahun 423 M oleh Buddhajiva.
Susunan dari vinaya tersebut terdiri dari 250 pasal sebagai
berikut:
- Parajika 4 Pasal
- Sanghavasesa 13 Pasal
- Aniyata 2 Pasal
- Naihsargika-prayascittika 30 Pasal
- Prayascitta 90 Pasal
- Pratidesaniya 4 Pasal
- Siksakaraniya 100 pasal
- Adhykarana-Samadha 7 Pasal
Selain itu berdasarkan Brahmajala Sutra (Fan Wang Cing) Dikenal
juga dengan Bodhisatva Sila (Phu Sa Cie) Yang terdiri dari 58 Pasal:
- Garukapatti 10 pasal
- Lahukapatti 48 pasal
Diharuskan
Ciak Cai/Vegetarian)
Pengertian
terhadap Vinaya bukan berarti orang harus terikat pada kalimat Vinaya.Tetapi
yang terpenting adalah penghayatan terhadap jiwa/semangat Vinaya itu sendiri.Pada
umat awam yang dianjurkan untuk menerapkan Pancasila Buddhis pada kehidupan
sehari-hari itu bukan berarti mencocokan kalimat demi kalimat,tetapi yang
terpenting adalah penghayatan dalam pelatihan diri.
Sumber lain mengatakan bahwa Agama Budha setelah Sang Budha wafat
maka terpecahlah menjadi 18 Sekte, sebagai berikut:
- Theravadino (Theravada)
- Vajjiputtaka (Vatsiputriya)
- Mahimsasaka (Mahisasaka)
- Dhammuttariya (Dharmotariya)
- Bhaddayanika (Bhadrayanika)
- Channagarika (Sannagarika)
- Sammitiya (Sammitiya)
- Sabbatthivada (Sarvastivada)
- Dhammaguttika (Dharmaguptaka)
- Kassapiya (Kasyapiya)
- Sankantika (Samkrantika)
- Suttavada (Sutravadin)
- Mahasangitikaraka (Mahasanghika)
- Gokulika (Kukkulika)
- Ekabyoharika (Ekavyavaharika)
- Bahussutaka (Bahusrutaka)
- Pannatti-vada (Prajnaptivada)
- Cetiya-vada (Caitika)
Mengapa 18 sekte?, Jawabannya ada dalam teks Sumagadhavadana.
Kisah ini berada pada masa Buddha Kasyapa dan diketahui penyokong Sang Buddha
Kasyapa adalah Raja Krkin.
Di mimpinya, raja melihat 10 tanda:
- raja para gajah berusaha melewati jendela, namun tidak mampu memasukkan buntutnya lewat lubang jendela tersebut.
- seorang pria haus yang dikejar oleh sumur
- penawaran penjaulan satu bre tepung dan satu bre permata
- naiknya harga cendana dan jenis kayu lainnya
- pencuri mencuri bunga dan buah dari taman
- pangeran gajah ditakuti oleh seekor gajah muda
- seekor monyet yang dekil menggosok monyet lainnya dengan obat gosok
- naik tahtanya seekor monyet menjadi seorang raja
- kemunculan satu helai pakaian di tangan 18 orang pria
- kumpulan besar orang bertengkar dan saling berdebat
Bhagava Kasyapa menginterpretasikan salah satu dari penampakan
mimpi tersebut, bahwa:
Sehelai pakaian yang tidak terobek oleh
tangan 18 orang pria, setelah helai pakaian yang mula-mula dibagi menjadi 18
helai, menandakan bahwa meskipun Ajaran Buddha akan terbagi menjadi 18 sekte,
masing-masing sekte akan mendapatkan kesempatan untuk mencapai pencerahan.
Sekumpulan orang saling bertengkar dan berdebat menandakan bahwa
pembentukan Ajaran Sakyamuni akan disebabkan oleh perselisihan dalam
[menginterpretasikan]poin-poin ajaran”
Dengan cara inilah Kasyapa Buddha menjelaskan pada sang raja arti dari 10 penampakan mimpinya. Divisi menjadi 18 sekte: Pada masa pemerintahan raja Asoka, pemisahan tersebut diakibatkan oleh beberapa pertentangan. Pada mulanya, pemisahan tersebut menjadi dua yaitu Sthavira dan Mahasanghika. Dan perlahan-lahan Mahasanghika terbagi menjadi delapan sub sekte:
Dengan cara inilah Kasyapa Buddha menjelaskan pada sang raja arti dari 10 penampakan mimpinya. Divisi menjadi 18 sekte: Pada masa pemerintahan raja Asoka, pemisahan tersebut diakibatkan oleh beberapa pertentangan. Pada mulanya, pemisahan tersebut menjadi dua yaitu Sthavira dan Mahasanghika. Dan perlahan-lahan Mahasanghika terbagi menjadi delapan sub sekte:
- Mahasanghika
- Ekavyaharika
- Lokottaravada
- Bahusrutiya
- Prajnaptivada
- Caityasila
- Purvasaila
- Aparasaila
Sekte Sthavirra perlahan-lahan terbagi menjadi 10 sub sekte:
Sthavira awal bernama Haimavata, Sekte Sarvastivada terbagi menjadi
10 cabang:
- Vibhajyavadin
- Vatsiputriya
- Dharmottariya
- Bhadrayaniya
- Sammitiya
- Avantaka
- Kurukullaka
- Mahisasaka
- Dharmaguptika
- Suvarsaka
Berikut adalah Tabel Kesimpulan pembagian sekte-sekte
Secara mengejutkan, Mahayana memandang bahwa ke-18 sekte Shravakayana bersumber pada Mahayana dan Prajnaparamita!
Pandangan Mahayana tersebut ada dalam:
MANJUSRIPARIPRCCHA SUTRA
Manjusri-pariprccha Sutra (Taisho Tripitaka 468) diterjemahkan ke dalam bahasa Tionghoa pada tahun 518 M oleh Sanghapala.
Pada waktu itu, Manjusri bertanya
pada Sang Buddha: O Bhagava! Jelaskanlah, aku memohon pada-Mu, apa saja
sekte-sekte yang berbeda di mana setelah Parinirvana-Mu, para pengikut-Mu di
masa depan akan terpisah dan dari pemisah awal apakah sekte-sekte ini
terbentuk?
Buddha menjawab Manjusri seperti ini: “Akan ada 12 sekte di antara pengikut-Ku setelah Parinirvana, di mana interpretasi yang berbeda mengenai ajaran-Ku muncul di dunia. Sekte-sekte ini akan menjadi penyimpan [dan pelestari] buah yang berbeda-beda dari Ajaran-Ku (Pitaka) tanpa ada yang lebih diunggulkkan maupun yang dianggap lebih rendah - seperti rasa air laut di semua tempat adalah sama – atau seperti 12 putra dari seorang laki-laki yang semuanya jujur dan benar, maka penjabaran ajaran-Ku yang diajukan oleh sekte-sekte ini [juga benar].Manjusri! Dua benih mula-mula dari sekte yang berbeda-beda ini ditemukan dalam penjabaran ajaran-Ku menggunakan sistem Mahayana dan Prajnaparamita. Para Sravaka, Pratyeka Buddha dan Buddha yang berbeda-beda akan datang dari Prajnaparamita, Manjusri! Seperti bumi, air, api, angin dan kekosongan membentuk suatu material dan alam semesta yang dapat terlihat, maka Mahayana dan Prajnaparamita membentuk material dari sebuah sistem di mana tiga tingkatan yang berbeda yaitu Sravaka, Pratyeka-Buddha dan Buddha memberikan ajaran.”
Buddha menjawab Manjusri seperti ini: “Akan ada 12 sekte di antara pengikut-Ku setelah Parinirvana, di mana interpretasi yang berbeda mengenai ajaran-Ku muncul di dunia. Sekte-sekte ini akan menjadi penyimpan [dan pelestari] buah yang berbeda-beda dari Ajaran-Ku (Pitaka) tanpa ada yang lebih diunggulkkan maupun yang dianggap lebih rendah - seperti rasa air laut di semua tempat adalah sama – atau seperti 12 putra dari seorang laki-laki yang semuanya jujur dan benar, maka penjabaran ajaran-Ku yang diajukan oleh sekte-sekte ini [juga benar].Manjusri! Dua benih mula-mula dari sekte yang berbeda-beda ini ditemukan dalam penjabaran ajaran-Ku menggunakan sistem Mahayana dan Prajnaparamita. Para Sravaka, Pratyeka Buddha dan Buddha yang berbeda-beda akan datang dari Prajnaparamita, Manjusri! Seperti bumi, air, api, angin dan kekosongan membentuk suatu material dan alam semesta yang dapat terlihat, maka Mahayana dan Prajnaparamita membentuk material dari sebuah sistem di mana tiga tingkatan yang berbeda yaitu Sravaka, Pratyeka-Buddha dan Buddha memberikan ajaran.”
Manjusri bertanya pertanyaan ini
pada Buddha: “Bhagava! Dengan nama apakah sekte-sekte ini dikenal?
Buddha menjawab: “Dua sekte yang
pertama terbentuk adalah Mahasanghika dan Sthavira. 100 tahun setelah
Nirvana-Ku, sebuah sekte bernama Ekavyoharika akan muncul. 100 tahun setelah
sekte ini muncul, maka muncul sekte lainnya yaitu Kukkulika. 100 tahun kemudian
dari sekte ini muncul sekte lain bernama Bahusrutiya. 100 tahun kemudian dari
sekte ini akan ada sekte lainnya yang terbentuk yaitu Caitiyavada. 100 tahun
setelah ini sebuah sekte akan muncul yaitu Purvasaila. 100 tahun setelah ini
sekte lain akan muncul dari sekte ini yaitu Uttarasaila. Tujuh sekte ini muncul
dari Mahasanghika dan termasuk juga Sangha mula-mula atau kumpulan, sehingga
diklasifikasikan menjadi delapan sekte.
“Dari Sthavira terbentuk 11 sekte.
100 tahun setelah kemunculan sekte di atas, muncul yang lainnya yaitu sekte
Sarvastivada. 100 tahun kemudian dari sekte ini muncul Haimavata. 100 tahun
setelah sekte ini, muncul yang lain bernama Vatsiputriya. 100 tahun kemudian
setelah ini muncul sekte lain bernama Dharmotariya. 100 tahun setelah ini dari
sekte ini muncul yang lain bernama Bhadrayaniya. 100 tahun kemudian dari sekte
ini akan muncul yang lain yaitu Sammitiya. 100 tahun kemudian sekte lain muncul
dari sekte ini yaitu Shannagarika. 100 tahun setelah ini muncul sekte lain
bernama Mahisasaka. 100 tahun kemudian dari sekte ini muncul sekte Dharmagupta.
100 tahun kemudian sekte lainnya muncul yaitu Kasyapiya. 100 tahun kemudian
daris ekte ini muncul sejte bernama Sautantrika. Di atas adalah 11 sekte yang
berasal dari Sthavira, dan termasuk sekte ibunya, berjumlah 12 cabang.
Buddha kemudian mengucapkan gatha
ini:
“Sekte Mahasanghika akan terbagi
menjadi tujuh bagian
Sekte Sthavira menjadi sebelas
bagian,
Inilah apa yang kita istilahkan
sebagai 12 sekte [dari Mahasthavira],
Delapan belas termasuk di dalamnya
dua sekte awal,
Semua ini muncul dari Mahayana,
Yang mengatakan bukan kesetujuan pun
bukan kontradiksi
Sekarang Aku berkata bahwa di masa
depan mereka akan muncul,
Berbagai karya tulis dari Arya
Kumarajiva
Setelah lenyapnya Dharma Sejati,
Hanya 100 tahun
Dan oleh karena berbagai kemunculan
ini,
Dharma Sejati perlahan-lahan lenyap,
Setiap orang membentuk pandangan
mereka sendiri,
Memberikan opini mereka berdasarkan
ajaran heterodoks
Memandang rendah mereka yang
seharusnya dihormati
Ketidakpuasan dan pemberontakan akan
muncul
Namun sekarang hanya Sutra-Sutralah
yang menjadi dasar
Di mana ajaran Buddha didirikan
Bersandar pada kebenaran yang
terdahulu
Mencari pondasi pada dasar yang
teguh ini
Seperti berada dalam butiran pasir
yang sangat banyak
Mencari emas murni
Demikiankah yang telah kudengar dari
para Buddha masa lampau,
Yang muncul bagaikan matahari di
antara manusa”
“160 tahun setelah Nirvana Sang
Buddha, di kota bernama Pataliputra terdapat seorang raja bernama Asoka yang
akan mengumpulkan seluruh Jambudvipa menjadi daerah kekuasaannya. Di masa
pemerintahannya, kumpulan-kumpulan besar mulai terpisah menjadi sekte-sekte.
Pada waktu itu muncullah seorang Bhiksu bernama Neng, dan lainnya bernama
Nidana dan yang lainnya bernama Bahusrutiya – para bhikkhu ini akan mengajukan
ajaran tentang lima pernyataan sebagai dasar dari ajaran. Lima poin tersebut
adalah:
Keuntungan dari orang lain
Ketidaktahuan
Keraguan
Berkata-kata religius
Keraguan
Berkata-kata religius
Mendasarkan pada penalaran
“Karena pertimbangan mengenai
pertanyaan-pertanyaan ini, maka dua sekte awal terbentuk yaitu Mahasanghika dan
Sthavira.
“Di abad menengah, mengikuti
Mahasanghika, sekte-sekte lain muncul sebagai berikut: Ekavyaharika,
Lokottaravadin, Kukkutika. Lagi, di pertengahan abad muncul sekte lainnya dari
Mahasanghika yang disebut sebagai Shichi lun.
“Lagi, di pertengahan 200 tahun,
para pengikut sesat dari Mahadeva, mengambil ikrar kebhiksuan, dan berdiam
menetap di Gunung Chaitiya. Lagi, dari Mahasanghika muncul tiga sekte lainnya
yaitu Chaitika, Aparasaila dan Uttarasaila. Demikianlah dari Mahasanghika
muncul sembilan sekte: Mahasanghikas, Ekavyavaharika, Lokottaravâdin, Gokulika,
Bahusrutiya, Shi-chi, Yan-ka, Ho-lo, Uttarasaila.
“Di masa pertengahan 300 tahun, dari
sekte Sthavira muncul kontroversi berkenaan dengan Kitab Abhidharma, berbagai
sekte-sekte yang berbeda sebagai berikut: Sarvastivada, yang juga disebut
Hetuvada, [dan] Haimavata. Di pertengahan 300 tahun kemudian muncul sekte
bernama Vatsiputriya, dari sekte ini muncul sekte lain yaitu Dharmottariya,
yang lain bernama Bhadrayaniya, dan lagi, sekte lain bernama Mili, yang lain
bernama Sammitiya, sekte lain bernama sekte enam kota (Shannagarika). Lagi, di
tahun ke-300, Sarvastivada memunculkan sekte lainnya yaitu Mahisasaka, di mana
muncul sekte Dharmagupta. Lagi ditahun ke-300, sekte lain muncul dari
Sarvastivadin, bernama Varsha, yang juga dinamakan kasyapiya. Di tahun ke-400
dari Sarvastivada muncul sekte lain bernama Samkranti, dinamakan seperti nama pendirinya
Uttara, sekte ini dikenal sebagai Sautantrika.
“Demikianlah, dari sekte
Mahasthaviras bercabang menjadi dua belas sekte: Mahasthaviras [Theravada],
Haimavata, Sarvastivadin, Vatsiputriya, Dharmottariya, Bhadrayaniyas,
Sammatiyas, Shannagarika, Mahisasika, Dharmagupta, Kasyapiya,
Sautrantika."
Kita sekarang akan berbicara
mengenai ajaran yang berbeda-beda dari berbagai sekte, baik perbedaan maupun
persamaan mereka.
Sekte-sekte berikut ini,
Mahasanghika, Ekavyavaharika, Lokottara, Kukkutika memegang pandangan yang akan
kita jelaskan. Mereka berkata bahwa tradisi menghormati para Buddha yang
terlahir di dunia sebagai manusia biasa adalah tidak benar – [mereka
mengatakan] bahwa Dharma adalah Tathagatha dan satu-satunya di dunia. Mereka
semua berkata bahwa ‘Pemutaran Roda Dharma’ berada dalam tahap akhir. Mereka
berkata bahwa “fenomena eksis”, “Hubungan eksis”. “kebenaran eksis”. Mereka
berkata bahwa Tathagata luasnya tidak terbatas, kagungannya tidak dapat diukur,
abadi, dapat mengingat kehidupan lampau (smriti), kekuatan keyakinannya
(sraddhabala), pengalaman kebahagiaannya dan kehidupannya, tidak ada
akhir; ia tidak tidur, ia tidak berbicara, ia tidak bertanya-tanya, ia tidak
merefleksikan apapun; mereka berkata bahwa keberadaan-Nya adalah satu dan seragam,
bahwa semua makhluk dapat mencapai pembebasan dengan mendengar ajaran-Nya,
bahwa ekachitta dari Tathagata meliputi semua Dharma dalam satu momen dengan
menggunakan kebijaksanaan-Nya.”
SIMPULAN
Inilah sedikit penjelasan mengenai sekte-sekte dari agama Buddha
yang dapat dirangkum. untuk melihat lebih jelas bahwa apapun sekte-sekte yang
diterapkan dalam ajaran Sang Buddha adalah menuju pembebasan akhir yaitu
Nirvana/Nibbana.Banyak kesamaan dan perbedaan yang didapat tetapi kita adalah
satu.Yaitu Ekayana (Kenderaan Tunggal)/Buddhayana (Kenderaan Buddha). Hanya
banyak jalan/sekte yang dapat ditempuh dimana jalan/sekte itu yang terdekat
dihati kita.Tak mungkin kita bila dari Indonesia mau ke Australia harus memutar
dari benua Afrika agar dapat mencapai Australia. Kecuali bila ada satu sebab.
Biasanya Lingkungan kita apabila banyak Mahayana ataupun Theravada
tentu kita mengambil Mahayana/Theravada mana yang cocok dihati kita.Ataupun mau
mengambil keduanya juga Sang Buddha gak melarang.Intinya adalah penghayatan
dari Ajaran Buddha itu sendiri yang harus kita terapkan pada kehidupan kita
sehari-hari.Umat Islam tak melakukan Sholat diancam masuk neraka,Umat Kristen
diancam akan masuk neraka bila tak percaya pada Yesus dan Allah Bapa,tetapi
ajaran Buddha tak pernah mengancam kita akan masuk neraka bila tak menyembah
Buddha.Sang Buddha hanya menyarankan kita melatih diri/sila,samadhi,Panna dengan
sebaik-baiknya agar dapat mencapai kesucian tergantung tingkatan pencapaian dari
umat yang melaksanakannya.
Bukan harus mencapai kesucian dalam kehidupan saat ini juga kalau
tidak nanti masuk neraka.Sang Buddha telah menjelaskan kepada siswa-siswaNya baik
dari Sangha maupun upasaka-upasika tentang jalan yang harus dipilih dan jalan
yang harus dihindari.Bukankah lebih mudah dan ikhlas kita menjalankan Ajaran
Buddha yang tak menggunakan ancaman daripada yang menggunakan ancaman api
neraka. Namun bukan berarti ajaran Buddha tidak terdapat neraka, ajaran Buddha
hanya menjelaskan apabila membuat sesuatu yang sangat jahat dan sangat
merugikan orang banyak akibat dari perbuatan itu sendiri yang akan dilahirkan
ke alam neraka bukan karena tak memujaNya. Jangan karena kita tak diancam
neraka terus kita lengah,tetapi berusahalah melatih diri dengan
sebaik-baiknya.Semoga Jasa dari kebajikan ini Kita limpahkan kepada
makhluk-makhluk yang menderita.Semoga mereka berbahagia di dalam perlindungan
Buddha,Dharma, dan Sangha.
Terima kasihh! sungguh sangat lengkap dan jelas sekali! Semoga berbahagia selalu utk penulis dan smua makhluk :)
BalasHapus