Perkembangan Agama Buddha

PERKEMBANGAN AGAMA BUDHA DI INDIA DAN LUAR INDIA

India Pada Abad Kelima Setelah Sang Budha

Raja terakhir keturunan dinasti Maurya yang memerintah sisa-sisa kerajaan Asoka adalah Brhadrta, sekitar tahun 182 SM. Dibunuh oleh salah seorang jenderalnya, Pusyimitra Sunga, yang kemudian mendirikan dinasti Sunga.
Pusymitra adalah penganut agama Hindu dan dicatat oleh sejarah menjalankan upacara pengorbanan kuda sebagai dimuat dalam kitab Veda kuno. Pada masa pemerintahannya banyak para biksu yang menjadi korban meskipun agama Budha masih memiliki pusat di Bharhut. Seperti halnya dinasti Maurya, raja Pusymitra (183-147 SM) dan pengganti-penggantinya selain memerintah kerajaan dengan cara yang sama maka juga terdapat tendensi feodalisme yang memberikan landasan untuk perkembangan agama Hindu.
Setelah dinasti Sunga digantikan oleh dinasti Gupta, abad ke 4-7 kedaan agama Buddha selain berkembang di Caylon juga telah sampai ke Asia Tengan dan Cina. Di India sendiri agama mulai surut dengan berperannya kembali para Brahmana dan gerakan Bhakti. Pada waktu ini agama Buddha pada sebagian besar India telah tenggelam sebagai tradisi masyarakat dimana para pemeluk agama Hindu melakukan praktek pemujaan kepada Sang Budha sebagai penjelmaan (avatara) Dewa Wisnu. Pada masa dinasti Gupta ini vihara-vihara kehilangan nilai spiritualnya dan karena pengaruh lingkungan kemudian berubah fungsi sebagai lembaga yang bersifat liberal. Yang paling terkenal pada masa Gupta ini adalah didirikannya Nalanda yang merupakan   pusat studi Mahayana.
Dikemudian hari, agama Buddha di India bangkit kembali pada masa pemerintahan dinasti Pala di India timur. Dinasti Pala memberikan perlindungan dan mengadakan rehabilitasi pusat Vihara, misalnya di Odantapori dekat Nalanda. Bahkan Nalanda sendiri pada zaman ini menjadi pusat studi Tantra.
Dalam menghadapi kebangkitan kembali agama Hindu di India dapat dimengerti sikap Mahayana yang mempertahankan diri dengan “memusuhi” agama Hindu dan aliran bhakti secara umum. Situasi kemasyarakatan yang demikian itu telah menjadikan agama Buddha di India sebagai gerakan yang terbatas di Vihara dan kurang mendapatkan dukungan masyarakat luas.
Sementara itu dibarat laut India terjadi perkembangan-perkembangan yang selanjutnya ikut memberikan warna dalam sejarah India dan Asia pada umumnya. Di bagian barat laut terjadi perkembangan-perkembangan politik yang mengakibatkan perubahan wilayah kekuasaan dengan datangnya bangsa-bangsa dari Asia Tengah, maka di bagian Tengah dan Selatan terjadi perkembangan politik yang mempunyai andil dalam memberikan arah sejarah India di kemudian hari.
Bangsa dravida dari selatan mulai berperan dalam sejarah. Secara tradisional negeri Tamil biasanya dibagi dan dibedakan kedalam 3 kerajaan, masing-masing (1) kerajaan Cola (di pantai Coromandel), (2) kerajaan Cera (Malabar) dan (3) kerajaan Pandya (ujung jazirah India). Pada zaman pemerintahan Asoka, ketiga daerah tersebut termasuk dalam wilayah kerajaan berdasarkan kekuasaan yang benar. Beberapa inskripsi menyatakan bahwa daerah tersebut mendapat banyak kunjungan dari kaum beragama Budha dan Jaina.
Dengan munculnya dinasti Gupta yang telah memajukan kebudayaan Hindu di India Utara maka mulailah perkembangan daerah di Deccan dimana pengaruh kebudayaan Ariya dari Utara bertemu dengan kebudayaan bangsa India secara keseluruhan. Kekuasaan politik dan kebudayaan didapat di Deccan Barat dan kerajaan Cola serta pantai Coromandel. Sejarah Deccan pada zaman pertengahan ditandai dengan banyaknya usaha-usaha dari dinasti-dinasti untuk menguasai pusat-pusat tersebut.
Kerajaan Cola sebagai satu dari tiga kerajaan Tamil selama beberapa abad menundukkan bangsa Pallava. Mereka bangkit kembali dan untuk kira-kira kerajaan Cola yang perlu mendapatkan perhatian adalah Rajaraja I (985-1014) dan Rajendra I (1014-1042) yang dalam masa pemerintahan mereka kerajaan mencapai kejayaannya. Apabila Rajaraja I menaklukkan Sri Lanka maka Rajendra I meluaskan wilayah sampai di muara sungai Gangga serta mengirimkan ekspedisi laut besar dan dapat menguasai sebagian Burma, Malaka dan Sumatera. 

Peta Penyebaran Agama Buddha






KETERANGAN:

-    AGAMA BUDDHA DI INDIA
Beberapa minggu setelah Budha meninggal dunia segera terjadi perbedaan –perbedaan pendapat  dikalangan para pengikutnya, terutama karena dia tidak meninggalkan ajaran yang tertulis dan tidak menunjuk seseorang sebagai penggantinya.

Masa Kekuasaan Raja Asoka
Asoka adalah Raja Magadha di abad ke-3 SM. Kakeknya, Chandragupta (dia adalah keturunan kasta chandra, sehingga Asoka disebut Chandra-Asoka) adalah seorang pahlawan nasional yang terkenal pada masa India Kuno yang juga menjadi Raja pada masa kerajaan Maurya. Dia hidup pada abad ke-4 SM dan beragama Hindu.
Pada tahun 273 SM, Asoka yang memiliki talenta hebat dan bercita-cita besar, menggantikan ayahnya Bindusara  dan menduduki tahta kerajaan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Asoka berhasil menyatukan seluruh India. Ketika berperang melawan kalingga,  Asoka menyaksikan peristiwa tragis yang ditimbulkan peperangan. Di menjadi sangat tersentuh dan menyesal. Sejak itu, dia membuang metode yng agresif dalam menaklukan orang dan memeluk agama Budha.
Asoka adalah tokoh yang menjadi sentral, dimana agama Budha mencapai puncak kejayaannya dan bisa menggeser agama Hindu yang sedang berkembang pesat pada sa’at itu.
Masa kemunduran bukan berarti tidak ada atau lenyap sama sekali. Namun dalam arti agama Budha sudah tidak berkembang lagi di India karena tidak mendapat dukungan dari kekuatan politis. Agama Budha mengalami kemunduran sejak 500 tahun setelah Asoka meninggal dunia.
Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran agama Budha adalah sebagai berikut:
1.    Perebutan kekuasaan
2.    Raja Dinasti Maurya terakhir terbunuh
3.    500 tahun diduduki oleh Macedonia (Alexander) Kusha dan Sheka
4.   Muncul dinasti Gupta (abad ke-4) yang menghancurkan dinasti Maurya. Dimana dinasti gupta mengirim pasukan dagang sekaligus penyebar agama, namun yang disebarkan adalah bukan agama Budha.
5.    Hubungan dagang dengan Cina dan Romawi
Setelah mengalami perkembanmgan yang mengesankan di India kurang lebih lima abad, akhirnya agama Budha mengalami kemunduran baik dari segi kualitas maupun kuantitatifnya. Pemasukan yang selalu bertambah dari unsur Hinduistik kedalam ajaran agama Budha, akhirnya menyebabkan keruntuhan agama Budha di India. Namun, kemunduran agama Budha di India dapat di pandang sebagai terbukanya kesempatan bagi agama Budha untuk berkembang di luar India. Teutama ke China.

-    AGAMA BUDDHA DI SRI LANKA
Trdisi yang termuat dalam catatan di Ceylon mengemukakan tentang jaringan kegiatan penyebaran agama Budha oleh raja Asoka (273-236 SM) diberbagai tempat termasuk Ceylon. Asoka mengirimkan putranya, Thera Mahendra bersama dengan 4 Biksu untuk mengajarkan dharma kepada raja Devanampiyatissa (247-207 SM) dan para pengikutnya. Raja dan rakyatnya sangat tertarik pada ajaran baru dan menerima agama Buddha
Dua peristiwa penting terjadi pada awal sejarah agama Buddha di Ceylon adalah penanaman kembali cangkokan dahan pohon Bodhi Gaya dimana Sakyamuni Buddha memperoleh penerangan sempurna. Peristiwa yang kedua adalah dipindahkannya dari India ke Ceylon relik gigi Sang Buddha yang mana terjadi 500 tahun kemudian.
Dunia pada saat ini berutang budi pada Ceylon. Karena kitab-kitab pali terpelihara secara lengkap dan baik di pulau ini. Dari Ceylon agama Buddha menyebar ke Burma, Kamboja, Siam dan Laos sebagai agama Buddha Theravada.  

-    AGAMA BUDDHA DI CINA
Agama Buddha berkembang di Cina sekitar abad ke 2 SM melalui Asia Tengah serta mulai berpengaruh pada masa pemerintahan dinasti Ming. Sejak dinasti Han (25-220 M) pengaruh agama Budha mulai menjadi menjadi perhatian dan persoalan. Kira-kira pada masa itulah Mo Tzu menyusun bukunya Li-huo-lun sebagai apologia agama Buddha.
Ketika kaisar Ming Ti (58-76 M) mengirimkan utusan ke India untuk meneliti agama Budha. Perkembangan awal agama tersebut di Cina kurang meperlihatkan hasil yang menggembirakan karena mendapat perlawanan dan tantangan dari kepercayaan dan filsafat asli Cina yang telah berkembang sebelumnya, seperti:
-    Kepercayaan tiongkok kuno (percaya terhadap dewa-dewa, semisal dewa ibu/dewi kwan in)
-    Ajarkan Konfusius pada bad ke 6 SM
-    Ajaran Taoisme
disamping itu ajaran dan filsafat Budha dianggap terlalu kaku dan metafisis sehingga dirasakan sangat bertentangan dengan alam pikiran Cina yang praktis dan matrealistis.
Perkembangan yang mulai cukup pesat itu terjadi setelah abad kedua Masehi, yang antara lain jatuhnya dinasti Han yang diikuti dengan merosotnya paham konfusianisme dan Taoisme sehingga mengakibatkan Cina menghadapi periode kegelisahan Budaya. Tradisi dan struktur sosial yang ada mulai melemah, sementara alternatif baru belum muncul.
Pada tahun 339 M seorang biksu Cina bernama Fa-Hien, bersama rombongannya terdiri atas 10 orang ke India melalui jalan darat untuk mempelajari agama Budha. Pada tahun 413 M ia pulang melalui jalan laut dan singgah di Sriwijaya (Sumatra) dan Jawa. Ia giat menyalin berbagai sutra. Catatannya mengenai negeri-negeri Budha terkenal sampai masa kini.

-    AGAMA BUDDHA DI TIBET
Pada pertenghan abad ke 9 M, seorang pangeran dari Tibet, Ni-ma-gon, meninggalkan negerinya pergi ke barat serta mendirikan kerajaan Guge. Kerajaan baru ini dibagi tiga ketika raja meninggal dunia. Putera yang tertua, Cakrasena, setelah menerima upasampada kebikhuan bernama Jnanaprabha. Bikhu Jnanaprabha banyak belajar dan membaca kitab-kitab dan dikenal sebagai seorang rasionalis serta mewarisi sifat ayahnya yang sangat setia pada agama Buddha.
Perlu diingat bahwa agama Budha mulai berkembang di tibet ketika paham Tantra menyebar luas di India. Pada zaman kehidupan bikkhu Jnanaprabha, bukan saja telah mempengaruhi agama-agama di bumi India, tidak terkecuali agama Buddha. Bikkhu Jnanaprabha sendiri tidak tertarik dengan paham Tantra, bahkan ia menulis sebuah buku untuk menentangnya.

-    AGAMA BUDDHA DI KOREA
Negeri Korea mulai mengenal agama Buddha pada awal abad ke-4 M. Pada masa itu semenanjung Korea terbagi dalam tiga wilayah, yakni Koguryu (di utara), Pakche (barat daya), dan Silla (tenggara). Sejarah agama Buddha di ketiga wilayah tersebut tidak sama.
Agama Buddha untuk pertama kali dibawa ke Koguryo oleh seorang biksu bangsa China pada tahun 372. Dua belas tahun kemudian agama Buddha baru tiba di Pakche dan diperkenalkan oleh biksu Marananda dari Asia Tengah. Sedangkan Silla adalah wilayah terakhir yang mengenal agama Buddha, yakni sekitar 30 tahun setelah agama Buddha diperkenalkan di Koguryu.
Peranan Korea dalam sejarah agama Buddha terletak pada kedudukannya sebagai jembatan penyeberangan agama Buddha dari China ke Jepang. Meskipun agama Buddha di semenanjung Korea diterima oleh kerajaan-kerajaan setempat, namun sejarah tidak mencatat kemajuan dari ajaran agama Buddha.
Zaman keemasan agama Buddha di Korea terjadi pada masa pemerintahan dinasti Wang (abad ke-1). Sebelum itu, agama Bud¬dha terpisah-pisah dan terpengaruh oleh dinasti Silla serta banyak biksu pergi ke China untuk belajar agama Buddha. Beberapa di antara mereka adalah Yuan Ts'o (613-683) dari aliran Fa Sian, Yuan Hiao (617-670) dan Yi Slang (625-702) dari aliran Houa Yen. Setelah abad ke-11, agama Buddha yang semula hanya dipeluk oleh para aristocrat dari dinasti Silla, mulai diterima oleh masyarakat umum berkat usaha-usaha yang dilakukan biksu Yi T’ien, biksu P'u Chao, dan lain-lain.
Sesuai dengan aturan baru dari Dinasti Yi dari akhir abad keempat belas sampai awal abad kedua puluh, Buddhisme kehilangan dukungan dari pengadilan ketika Konfusianisme menjadi agama resmi di negara.

-    AGAMA BUDDHA DI JEPANG
Agama Buddha diperkenalkan di Jepang melalui kudara di Pakche, salah satu kerajaan di semenanjung Korea pada tahu 522 dan oleh penguasa politik Jepang pada waktu dimaksudkan sebagai perlindungan bagi negara. Agama baru ini diterima oleh dinasti Soga yang berkuasa.
Agama Budha masuk ke Jepang pada abad ke 6. Menurut cerita raja Korea mengirimkan Kaisar Kimmei Tanno di Jepang sebuah patung Budha yang terbuat dari emas dan perunggu, beberapa Kitab Sutra, alat pemujaan, dengan disertai permintaan untuk menerima agama Budha. Kaisar mencobanya. Sekalipun pada permulaannya ada tantangan yang hebat, tetapi kemudian agama Budha dapat berkembang dengan baik.  Suku Soga menerima agama ini, tetapi suku-suku lainnya menolak karena dianggap menghina kepercayaan dan terutama para dewa mereka.
Tokoh utama yang menyebarkan agama Buddha di jepang adalah Pangeran Shotoku Taishi pada tahun (547-621), yang naik tahta pada tahun 593 M., yang peranannya dalam agama Budha dapat disejajarkan dengan Raja Asoka di India.
Akan tetapi, perkembangan pesat agama Buddha terjadi pada periode Nara (710-784), terutama karena banyaknya suku-suku berpengaruh dan bangsawan-bangsawan terpandang yang memeluk agama tersebut.

-    AGAMA BUDDHA DI THAILAND
Manurut legenda, agama Buddha masuk ke Thailand sekitar abad ke-3 SM. ketika Raja Asoka mengirimkan dua orang Bhikku ke sana yang diterima oleh suku Mosan yang mendiami kota Burma dan Thailand. Sampai  abad ke-7 corak agama budha itu masih berkembang di Thailand yang dipengaruhi oleh aliran Theravada, kemudian pada abad ke-8 yang awalnya dari aliran Theravada menjadi aliran Mahayana, Terutama yang berasal dari kerajaan Sriwijaya, mulai kelihatan bersamaan dengan masuknya unsure-unsur agama Hindu di Thailand Timur.
Salah satu sumber mengatakan bahwa agama Buddha berkembang di Siam (sekarang Thailand) sudah sejak awal abad pertama atau abad kedua Masehi. Hal tersebut didasarkan pada penggalian arkeologi di Phra Pathom (kira-kira 50 KM sebelah barat bangkok) dan pong tuk (sebelah barat phra pathom) berupa budha ruphang serta lambang agama Budha yaitu Dharma Chakra.
Pada abad ke-8 atau ke-9, Siam dan Laos secara politis merupakan bagian dari Kamboja serta dipengaruhi oleh keadaan kehidupan beragama dari kerajaan kamboja, dimana agama Brahmana dan Buddha hidup berdampingan.
Pada pertengahan abad ke-13, terjadi perubahan politik dimana Tai ganti menguasai seluruh  wilayah Siam dan Laos serta mengahiri supremasi politik Kamboja di wilayah tersebut. Dibawah penguasa Thai agama Budha Theravada dan bahasa Pali kembaliberjaya di Siam dan Laos.

-    AGAMA BUDDHA DI KAMBOJA
Penemuan-penemuan arkeolog serta berita-berita dari Cina membuktikan bahwa pada akhir abad ke-5, agama Buddha dijumpai berkembang di Kamboja meski bukan dalam kedudukan yang dominan seperti halnya agama Brahma (Syiwa).
Agama Buddha berkembang di Kamboja hingga abad ke-13. Namun perlu diingat bahwa di Kamboja agama Buddha bukanlah agama Negara atau agama yang dominan di Negeri ini. Agama Buddha yang cukup luas dijumpai boleh jadi karena pengaruh dari Siam, dimana Siam pada masa itu dibawah kekuasaan Kamboja. Keadaan itu berubah ketika Siam menguasai Kamboja, maka sejak saat itu agama Buddha mempunyai tempat yang penting. Kenyataan memberikan gambaran bahwa catatan arca-arca dewa Hindu di Angkor Vat diganti dengan arca-arca Budha. Tidak diketahui secara pasti kapan hal itu terjadi, tetapi secara bertahap dan pasti agama Buddha telah menggantikan agama Hindu di Kamboja.

-    AGAMA BUDDHA DI CAMPA (VIETNAM)
Di negeri ini agama Budha sudah dikenal sejak sebelum abad ke-3 M, yang mana didasarkan pada penemuan Buddha ruphang dari perunggu pada zaman Amaravati.
Agama Buddha Mahayana bertahan di Campa hingga abad ke-15, ketika negeri ini diserang oleh bangsa Annam dari Utara. Bangsa Annam berasal dari Tonkin serta terpengaruh kebudayaan Cina. Dengan serbuan bangsa Annam tersebut mulailah berperan agama Buddha dari Cina yang menggantikan agama Buddha yang lama.

-    AGAMA BUDDHA DI BURMA
Dalam tradisi yang tercatat di Ceylon, dua orang bikkhu bernama Sona dan Uttara, adalah Dhammaduta yang dikirim raja Asoka untuk menyebarkan Dhamma di Swarnabhumi. Bukti lain yang mendukung berita tersebut hingga sekarang belum ada, sehingga sebgian ahli menafsirkan Suvarnabhumi sebagai Burma (sekarang Myanmar), meskipun sebagian lain berpendapat negeri Siam atau Indocina.
Selain daripada berita tentang Sona dan Uttara tersebut, maka tidak ada bukti sejarah lain hingga abad ke-5, meski letak Burma dekat dengan India. Penggalian arkeologi didekat Prome memberikan gambaran bahwa agama Buddha Theravada dan bahasa Pali telah dikenal dikerajaan itu pada abad ke-5 oleh Dhammaduta dari pantai Timur Deccan, India Selatan.

Daftar Rujukan:
  •  Ali, Mukti. Agama-Agama di Dunia. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988
  • Hadiwijono, Harun. Agama Hindu dan Budha. Jakarta: Gunung Mulia, 2010
  • Pu Chu, Zhao. Questions and Answers on The General Knowledge of Budhism. Diterjemahkan oleh Krishnanda Wijayamukti. _____: Pustaka Karaniya, 2007
  • Tim Buddhakkhetta. Agama Buddha di Korea. Jakarta: CV.Dewi Kayana Abadi. Di akses pada 08 Mei 2013 dari http://www.buddhakkhetta.com/User/Kat1/Sub12/Art73/baca.php?com=1&id=173
Sumber Utama:
  • ________. Materi Kuliah Sejarah Perkembangan Agama Buddha. Jakarta: CV. Dewi Kayana Abadi, 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dalam rangka belajar, rasanya tak sempurna blog yang saya terbitkan tanpa adanya sekata dua kata yang dilontarkan. Kiranya pembaca dapat menambahkan kritik, saran maupun komentar untuk perbaikan selanjutnya. Terima Kasih telah di kunjungi... :-)