Jumat, 24 Mei 2013

Buddhisme di India dan Cina



BUDHISME DI INDIA DAN BUDHISME DI CINA

Responding Paper
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat pada
Mata Kuliah Agama Buddha

Dosen pembimbing:
Dra. Hj. Siti Nadroh, M. Ag

Oleh:
Ifa Nur Rofiqoh
(1111032100049)

UIN LOGO

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013


A.           PENDAHULUAN
Agama Budha merupakan sejarah agama-agama di India  yang dimulai  sejak tahun 500 SM sampai tahun 800 M. Secara geografis, agama Budha mempunyai tiga periode, periode pertama tetap terbatas pada orang-orang India secara keseluruhannya. Periode kedua sudah berkembang dan menyebar keluar dari negeri asalnya India ke Asia Timur dan ada pengaruh pada pemikiran filsafat non Indian; dan pada periode ketiga pusat-pusat kreatif pemikiran Budhis didirikan diluar India, terutama di China.[1]
Untuk lebih memahami hal tersebut marilah kita simak pada pembahasan berikut.


B.            BUDHISME DI INDIA
Sekitar 1.600 tahun setelah budha meninggal, baik organisasi sangha maupun pemikiran agama Budha di India memasuki periode perkembang, perpecahan dan kemerosotan. Pada abad ke 12 M, agama Budha telah benar-benar sirna dari India.
a.        Masa Perkembangan Awal
Dari masa sebelum raja Asoka, secara tradisi ajaran-ajaran Budha dikelompokkan kedalam 2 kategori utama yang dinamakan Dharma dan Vinaya.[2]
Pada abad ke-4 SM, suatu karya besar dihasilkan bernama Skandhaka yang mengatur institusi dasar mengenai kehidupan ke-vihara-an Budhis, tata upacara sembahyang, istirahat diwaktu hujan, tentang perkawinan, makanan dan obat-obatan bagi yang sakit dan aturan yang harus diperhatikan dalam penghukuman bagi yang melanggar.[3]
Beberapa minggu setelah Budha meninggal dunia segera terjadi perbedaan –perbedaan pendapat  dikalangan para pengikutnya, terutama karena dia tidak meninggalkan ajaran yang tertulis dan tidak menunjuk seseorang sebagai penggantinya.
b.        Masa Kekuasaan Raja Asoka
Asoka adalah Raja Magadha di abad ke-3 SM. Kakeknya, Chandragupta (dia adalah keturunan kasta chandra, sehingga Asoka disebut Chandra-Asoka) adalah seorang pahlawan nasional yang terkenal pada masa India Kuno yang juga menjadi Raja pada masa kerajaan Maurya. Dia hidup pada abad ke-4 SM dan beragama Hindu.
Pada tahun 273 SM, Asoka yang memiliki talenta hebat dan bercita-cita besar, menggantikan ayahnya Bindusara[4] dan menduduki tahta kerajaan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Asoka berhasil menyatukan seluruh India. Ketika berperang melawan kalingga,[5] Asoka menyaksikan peristiwa tragis yang ditimbulkan peperangan. Di menjadi sangat tersentuh dan menyesal. Sejak itu, dia membuang metode yng agresif dalam menaklukan orang dan memeluk agama Budha.[6]
Dia mengimplementasikan kebijakan politik kerajaan universal Budhis dan memulai proyek irigasi dalam skala besar. Dia membangun jalan layang internasional dari Magadha ke Mesir, dan berusaha keras meningkatkan ekonomi domestik dan perdagangan internasional. Selain itu dia juga sungguh-sungguh menyebarluaskan agama Budha, dia mendirikan sebuah institusi khusus yang menangani permasalahan keagamaan dan badan amal. Para pegawainya disebut Dharmamahamatras, dia mengirim mereka dan misionaris lain untuk menyebarkan agama Budha. Putranya Mahinda dan Putrinya Sangghamitta, keduanya meningglakan kehidupan keduniawian dan menjadi biksu dan biksuni, dikirimnya ke Sri Lanka. Selama masa ini agama Budha tersebar ke Burma di timur, Sri Lanka di selatan, Syiria, Mesir, Yunani, dan lain-lain di barat.[7]
Pada masa itu kaum separatis feodal yang sangat berkuasa didukung oleh otoritas keagamaan Brahmanisme dan sistem kasta dengan sangat menyedihkan menyebabkan kemunduran konstruksi pekerjaan baik dalam didang pertanian maupun perdagangan bisnis internasional dan domestik. Untuk itulah agama budha yang bertentangan dengan hal tersebut dan berpegang pada kesetaraan seluruh makhluk hidup mendapatkan dukungan yang luas dari masayarakat pada masa itu, dan di lain pihak, bagi penguasa Magadha doktrin Budah tentang cinta kasih, belas kasih, toleransi dan kedamaian sangat membantu stabilisasi yang mnyebabkan persatuan domestik dan perkembangan hubungan internasional yang bersahabat. Menjadikan alasan bagi Asoka untuk menyebarkannya.[8]
Asoka adalah tokoh yang menjadi sentral, dimana agama Budha mencapai puncak kejayaannya dan bisa menggeser agama Hindu yang sedang berkembang pesat pada sa’at itu.
c.         Masa Kemunduran
Masa kemunduran bukan berarti tidak ada atau lenyap sama sekali. Namun dalam arti agama Budha sudah tidak berkembang lagi di India karena tidak mendapat dukungan dari kekuatan politis. Agama Budha mengalami kemunduran sejak 500 tahun setelah Asoka meninggal dunia.
Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran agama Budha adalah sebagai berikut:
1.         Perebutan kekuasaan
2.         Raja Dinasti Maurya terakhir terbunuh
3.         500 tahun diduduki oleh Macedonia (Alexander) Kusha dan Sheka
4.         Muncul dinasti Gupta (abad ke-4) yang menghancurkan dinasti Maurya. Dimana dinasti gupta mengirim pasukan dagang sekaligus penyebar agama, namun yang disebarkan adalah bukan agama Budha.
5.         Hubungan dagang dengan Cina dan Romawi
Setelah mengalami perkembanmgan yang mengesankan di India kurang lebih lima abad, akhirnya agama Budha mengalami kemunduran baik dari segi kualitas maupun kuantitatifnya. Pemasukan yang selalu bertambah dari unsur Hinduistik kedalam ajaran agama Budha, akhirnya menyebabkan keruntuhan agama Budha di India. Namun, kemunduran agama Budha di India dapat di pandang sebagai terbukanya kesempatan bagi agama Budha untuk berkembang di luar India. Teutama ke China.

C.           BUDHISME DI CINA
a.        Masa Perkembangam Awal
Tidak diketahui secara pasti kapan agama Budha masuk ke Cina, namun pendapat yang umumnya diterima ialah pada masa dinasti Han pada abad 1 M.
Menurut ceritanya, pada tahun ketiga dari pemerintahannya Kaisar Ming Ti bermimpi melihat suatu benda terbuat dari emas yang terbang melayang-layang di atas istananya. Kepala benda itu bersinar seperti matahari dan bulan. Menurut tafsiran menterinya hal itu menunjukkan adanya kelahiran makhluk ilahi (Budha) disebelah Barat Cina. Kaisar Ming Ti segera mengutus 18 orang ke  India.[9]
Ketika kaisar Ming Ti (58-76 M) mengirimkan utusan ke India untuk meneliti agama Budha. Perkembangan awal agama tersebut di Cina kurang meperlihatkan hasil yang menggembirakan karena mendapat perlawanan dan tantangan dari kepercayaan dan filsafat asli Cina yang telah berkembang sebelumnya, seperti:
-       Kepercayaan tiongkok kuno (percaya terhadap dewa-dewa, semisal dewa ibu/dewi kwan in)
-       Ajarkan Konfusius pada bad ke 6 SM
-       Ajaran Taoisme
disamping itu ajaran dan filsafat Budha dianggap terlalu kaku dan metafisis sehingga dirasakan sangat bertentangan dengan alam pikiran Cina yang praktis dan matrealistis.
Perkembangan yang mulai cukup pesat itu terjadi setelah abad kedua Masehi, yang antara lain jatuhnya dinasti Han yang diikuti dengan merosotnya paham konfusianisme dan Taoisme sehingga mengakibatkan Cina menghadapi periode kegelisahan Budaya. Tradisi dan struktur sosial yang ada mulai melemah, sementara alternatif baru belum muncul.[10]
Pada periode awal perkembangan agama Budha di Cina itu banyak didirikan wihara-wihara dan dilakukan penerjemahan naskah-naskah Budha ke dalam bahasa Cina. Salah seorang penerjemah yang terkenal adalah Sarvastivadin yang telah mengerjakan terjemahan tidak kurang dari 100 naskah Budha kedalam bahasa Cina.[11]
b.        Masa Kejayaan Dinasti Tang
Masa keemasan  agama Budha di Cina terjadi antara abad ke-7 M hingga abad ke-9 M, dibawah kekuasaan dinasti Tang. Pada masa ini kontak antara Cina dan India tidak hanya terbatas pada bidang keagamaan saja, tetapi juga menyangkut bidang-bidang yang lain.[12]
Pada masa dinasti Tang agama budha mendapat dukungan politik yang kuat dan berkembang menjadi agama negara. Selain itu agama Budha juga  diadaptasikan dan dikombinasikan dengan kebudayaan setempat, seperti terlihat dalam berbagai karya seni yang bercorak keagamaan.
Kemajuan agama Budha di Cina seiring dengan kebangkitan kembali Konfusianisme yang bersifat sosialistis sehingga sering berbenturan dengan ajaran Budha yang menekankan pada kehidupan sejati melalui hidup membiara sebagai Bhikkhu.
Pada tahun 845 timbullah penganiayaan terhadap orang-oranga Budha, yang disebabkan karena iri hati kaum Taois dan pengikut Kong Hu Cu. Beribu-ribu Biksu dipaksa untuk meninggalkan agama Budha. Semenjak itu agama Budha tidak dapat berkembang dengan baik.[13]
Namun sejauh itu agama Budha tetap mampu mengakomodasikan dirinya dengan kepercayaan tersebut sehingga memperoleh tempat sejajar dengan konfusianisme dan Taonisme. Bahkan ketiga-tiganya membentuk landasan filsafat dan agama di Cina yang di kenal  sebagai Sam Kauw, atau Tri Dharma, yang berarti tiga ajaran.[14]
c.         Aliran-Aliran Budhisme Di Cina
Agama Budha di Cina melahirkan beberapa aliran besar dalam golongan Budha Mahayana, antara lain:
-       Aliran chan/dyana
Pendirinya adalah Boddhidharma, asal India tetapi menetap di Cina antara 527-536 M. Aliran ini merupakan aliran yang bersifat meditatif, yang mengembangkan ajaran metafisis Madhyamika, digabungkan dengan ajaran Prajnaparamita dan ajaran Yogacara. Ketiganya disesuaikan dengan keadaan Cina. Kata Chan berarti meditasi sama dengan bahasa sansekerta, dhyana.[15]
Aliran ini berkembang pesat di Cina terutama pada Masa Hui Neng (838-713 M) karena mengaku mendapatkan ajarannya langsung dari Sakyamuni.
-       Aliran vinaya
didirikan oleh Too Hsuan (595-667), aliran ini menekankan ajarannya pada pelaksanaan vinaya secara ketat. Menurut aliran ini, pengingkaran terhadap dunia dan kesusilaan merupakan kondisi yang sesuai dengan kehidupan Sang Budha. Oleh karena itu aliran ini menekankan pada kehidupan mistik membiara.[16]
-       Aliran chen yen
didirikan oleh Hin Yuan dan T’an Lun. Ajarannya didasarkan pada kitab amitayadhyana, sebuah kitab yang merupakan kelanjutan dari kitab Sukhauzatiyuha. Aliran ini menekankan pada pemujaan terhadap amida atau amitaba yang mewujudkan diri dalam Dewi Kwan In. Dewi Kuan-yin, barangkali seorang Dewi dari zaman Cina Kuno , dihubungkan erat sekali dengan pemujaan kepada amitaba, yang dipandang sebagai Bodhisattwanya, sebagai Awalokiteswara.[17]

D.           KESIMPULAN
Agama Budha sudah ada di India ketika masa Sidharta Gautama dan mencapai puncak kejayaannya ketika masa Raja Asoka dimana agama Budha berhasil menggeser agama sebelumnya yang berkembang pada saat itu, yaitu agama Hindu. Karena pada waktu itu agama Budha mendapat dukungan politik dari dinasti Maurya, namun setelah dinasti maurya hancur agama Budha pun ikut terkikis dari bumi kelahirannya, India.
kemunduran agama Budha di India dapat di pandang sebagai terbukanya kesempatan bagi agama Budha untuk berkembang di luar India. Teutama ke China.
Perkembangan awal agama budha di Cina dimulai pada abad 1 M pada masa dinasti Han dan megalami kejayaan pada masa Dinasti Tang yaitu sekitar abad ke 7 sampai ke 10 M. Yang  dalam penyebarannya tidak sedikit mendapat halangan bahkan ditolak karena pada masa itu di Cina sudah ada kepercayaan-kepercayaan tiongkok kuno, konghuju, dan Tao.

E.            REFERENSI
o    Ali, Mukti. Agama-Agama di Dunia. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988
o    Hadiwijono, Harun. Agama Hindu dan Budha. Jakarta: Gunung Mulia, 2010
o    Suwarto. T. Budha Dharma Mahayana. Palembang: Majelis agama Budha Mahayana Indonesia, 1995
o    Zhao Pu Chu. Questions and Answers on The General Knowledge of Budhism. Diterjemahkan oleh Krishnanda Wijayamukti. _____: Pustaka Karaniya, 2007.




[1] Suarto T. Budha Dharma Mahayana, (Palembang: Majelis Agama Budha Mahayana Indonesia, 1995), h. 81
[2] Suarto T. Budha Dharma Mahayana, h. 84
[3] Ibid
[4] Agama Hindu dan Jain berdominasi pada masa itu
[5] Pada peperangan tersebut terjadi pembunuhan sebanyak 12.000 orang
[6] Zhao Pu Chu. Questions and Answers on The General Knowledge of Budhism. Diterjemahkan oleh Krishnanda Wijayamukti, (_____: Pustaka Karaniya, 2007), h. 128
[7] Zhao Pu Chu. Questions and Answers on The General Knowledge of Budhism, h. 128
[8] Zhao Pu Chu. Questions and Answers on The General Knowledge of Budhism, h. 129
[9] Harun Hadiwiyono. Agama Hindu dan Budha, (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2010), h. 97
[10] Mukti Ali. Agama-agama di Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press. 1988), h. 138
[11] Mukti Ali. Agama-agama di Dunia, h. 138
[12] Ibid.
[13] Harun Hadiwiyono. Agama Hindu dan Budha, h. 97
[14] Mukti Ali. Agama-agama di Dunia, h. 139
[15] Harun Hadiwiyono. Agama Hindu dan Budha, h. 97
[16] Mukti Ali. Agama-agama di Dunia, h. 139
[17] Harun Hadiwiyono. Agama Hindu Budha, h. 98

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dalam rangka belajar, rasanya tak sempurna blog yang saya terbitkan tanpa adanya sekata dua kata yang dilontarkan. Kiranya pembaca dapat menambahkan kritik, saran maupun komentar untuk perbaikan selanjutnya. Terima Kasih telah di kunjungi... :-)