BUDHISME DI INDIA DAN BUDHISME DI CINA
Responding Paper
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat pada
Mata Kuliah Agama Buddha
Dosen pembimbing:
Dra. Hj. Siti Nadroh, M. Ag
Oleh:
Ifa Nur Rofiqoh
(1111032100049)
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
A.
PENDAHULUAN
Agama Budha
merupakan sejarah agama-agama di India
yang dimulai sejak tahun 500 SM
sampai tahun 800 M. Secara geografis, agama Budha mempunyai tiga periode,
periode pertama tetap terbatas pada orang-orang India secara keseluruhannya. Periode kedua sudah berkembang dan menyebar keluar dari negeri
asalnya India ke Asia Timur dan ada pengaruh pada pemikiran filsafat non
Indian; dan pada periode ketiga pusat-pusat kreatif pemikiran Budhis didirikan
diluar India, terutama di China.[1]
Untuk lebih memahami hal tersebut marilah kita simak pada
pembahasan berikut.
B.
BUDHISME DI INDIA
Sekitar 1.600 tahun setelah budha meninggal, baik organisasi sangha
maupun pemikiran agama Budha di India memasuki periode perkembang, perpecahan
dan kemerosotan. Pada abad ke 12 M, agama Budha telah benar-benar sirna dari
India.
a.
Masa Perkembangan Awal
Dari
masa sebelum raja Asoka, secara tradisi ajaran-ajaran Budha dikelompokkan
kedalam 2 kategori utama yang dinamakan Dharma dan Vinaya.[2]
Pada
abad ke-4 SM, suatu karya besar dihasilkan bernama Skandhaka yang
mengatur institusi dasar mengenai kehidupan ke-vihara-an Budhis, tata upacara
sembahyang, istirahat diwaktu hujan, tentang perkawinan, makanan dan
obat-obatan bagi yang sakit dan aturan yang harus diperhatikan dalam
penghukuman bagi yang melanggar.[3]
Beberapa
minggu setelah Budha meninggal dunia segera terjadi perbedaan –perbedaan
pendapat dikalangan para pengikutnya,
terutama karena dia tidak meninggalkan ajaran yang tertulis dan tidak menunjuk
seseorang sebagai penggantinya.
b.
Masa Kekuasaan Raja Asoka
Asoka
adalah Raja Magadha di abad ke-3 SM. Kakeknya, Chandragupta (dia adalah
keturunan kasta chandra, sehingga Asoka disebut Chandra-Asoka) adalah seorang
pahlawan nasional yang terkenal pada masa India Kuno yang juga menjadi Raja pada
masa kerajaan Maurya. Dia hidup pada abad ke-4 SM dan beragama Hindu.
Pada
tahun 273 SM, Asoka yang memiliki talenta hebat dan bercita-cita besar,
menggantikan ayahnya Bindusara[4]
dan menduduki tahta kerajaan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Asoka berhasil
menyatukan seluruh India. Ketika berperang melawan kalingga,[5]
Asoka menyaksikan peristiwa tragis yang ditimbulkan peperangan. Di menjadi
sangat tersentuh dan menyesal. Sejak itu, dia membuang metode yng agresif dalam
menaklukan orang dan memeluk agama Budha.[6]
Dia
mengimplementasikan kebijakan politik kerajaan universal Budhis dan memulai
proyek irigasi dalam skala besar. Dia membangun jalan layang internasional dari
Magadha ke Mesir, dan berusaha keras meningkatkan ekonomi domestik dan
perdagangan internasional. Selain itu dia juga sungguh-sungguh menyebarluaskan
agama Budha, dia mendirikan sebuah institusi khusus yang menangani permasalahan
keagamaan dan badan amal. Para pegawainya disebut Dharmamahamatras, dia
mengirim mereka dan misionaris lain untuk menyebarkan agama Budha. Putranya
Mahinda dan Putrinya Sangghamitta, keduanya meningglakan kehidupan keduniawian
dan menjadi biksu dan biksuni, dikirimnya ke Sri Lanka. Selama masa ini agama
Budha tersebar ke Burma di timur, Sri Lanka di selatan, Syiria, Mesir, Yunani,
dan lain-lain di barat.[7]
Pada
masa itu kaum separatis feodal yang sangat berkuasa didukung oleh otoritas
keagamaan Brahmanisme dan sistem kasta dengan sangat menyedihkan menyebabkan
kemunduran konstruksi pekerjaan baik dalam didang pertanian maupun perdagangan
bisnis internasional dan domestik. Untuk itulah agama budha yang bertentangan
dengan hal tersebut dan berpegang pada kesetaraan seluruh makhluk hidup
mendapatkan dukungan yang luas dari masayarakat pada masa itu, dan di lain pihak,
bagi penguasa Magadha doktrin Budah tentang cinta kasih, belas kasih, toleransi
dan kedamaian sangat membantu stabilisasi yang mnyebabkan persatuan domestik
dan perkembangan hubungan internasional yang bersahabat. Menjadikan alasan bagi
Asoka untuk menyebarkannya.[8]
Asoka
adalah tokoh yang menjadi sentral, dimana agama Budha mencapai puncak
kejayaannya dan bisa menggeser agama Hindu yang sedang berkembang pesat pada
sa’at itu.
c.
Masa Kemunduran
Masa
kemunduran bukan berarti tidak ada atau lenyap sama sekali. Namun dalam arti
agama Budha sudah tidak berkembang lagi di India karena tidak mendapat dukungan
dari kekuatan politis. Agama Budha mengalami kemunduran sejak 500 tahun setelah
Asoka meninggal dunia.
Faktor-faktor
yang menyebabkan kemunduran agama Budha adalah sebagai berikut:
1.
Perebutan
kekuasaan
2.
Raja
Dinasti Maurya terakhir terbunuh
3.
500
tahun diduduki oleh Macedonia (Alexander) Kusha dan Sheka
4.
Muncul
dinasti Gupta (abad ke-4) yang menghancurkan dinasti Maurya. Dimana dinasti
gupta mengirim pasukan dagang sekaligus penyebar agama, namun yang disebarkan
adalah bukan agama Budha.
5.
Hubungan
dagang dengan Cina dan Romawi
Setelah
mengalami perkembanmgan yang mengesankan di India kurang lebih lima abad,
akhirnya agama Budha mengalami kemunduran baik dari segi kualitas maupun
kuantitatifnya. Pemasukan yang selalu bertambah dari unsur Hinduistik kedalam
ajaran agama Budha, akhirnya menyebabkan keruntuhan agama Budha di India.
Namun, kemunduran agama Budha di India dapat di pandang sebagai terbukanya
kesempatan bagi agama Budha untuk berkembang di luar India. Teutama ke China.
C.
BUDHISME DI CINA
a.
Masa Perkembangam Awal
Tidak
diketahui secara pasti kapan agama Budha masuk ke Cina, namun pendapat yang
umumnya diterima ialah pada masa dinasti Han pada abad 1 M.
Menurut
ceritanya, pada tahun ketiga dari pemerintahannya Kaisar Ming Ti bermimpi
melihat suatu benda terbuat dari emas yang terbang melayang-layang di atas
istananya. Kepala benda itu bersinar seperti matahari dan bulan. Menurut
tafsiran menterinya hal itu menunjukkan adanya kelahiran makhluk ilahi (Budha)
disebelah Barat Cina. Kaisar Ming Ti segera mengutus 18 orang ke India.[9]
Ketika
kaisar Ming Ti (58-76 M) mengirimkan utusan ke India untuk meneliti agama
Budha. Perkembangan awal agama tersebut di Cina kurang meperlihatkan hasil yang
menggembirakan karena mendapat perlawanan dan tantangan dari kepercayaan dan
filsafat asli Cina yang telah berkembang sebelumnya, seperti:
- Kepercayaan tiongkok kuno (percaya terhadap dewa-dewa, semisal dewa
ibu/dewi kwan in)
- Ajarkan Konfusius pada bad ke 6 SM
- Ajaran Taoisme
disamping itu ajaran
dan filsafat Budha dianggap terlalu kaku dan metafisis sehingga dirasakan
sangat bertentangan dengan alam pikiran Cina yang praktis dan matrealistis.
Perkembangan
yang mulai cukup pesat itu terjadi setelah abad kedua Masehi, yang antara lain
jatuhnya dinasti Han yang diikuti dengan merosotnya paham konfusianisme dan Taoisme
sehingga mengakibatkan Cina menghadapi periode kegelisahan Budaya. Tradisi dan
struktur sosial yang ada mulai melemah, sementara alternatif baru belum muncul.[10]
Pada periode
awal perkembangan agama Budha di Cina itu banyak didirikan wihara-wihara dan
dilakukan penerjemahan naskah-naskah Budha ke dalam bahasa Cina. Salah seorang
penerjemah yang terkenal adalah Sarvastivadin yang telah mengerjakan
terjemahan tidak kurang dari 100 naskah Budha kedalam bahasa Cina.[11]
b.
Masa Kejayaan Dinasti Tang
Masa
keemasan agama Budha di Cina terjadi
antara abad ke-7 M hingga abad ke-9 M, dibawah kekuasaan dinasti Tang. Pada
masa ini kontak antara Cina dan India tidak hanya terbatas pada bidang
keagamaan saja, tetapi juga menyangkut bidang-bidang yang lain.[12]
Pada
masa dinasti Tang agama budha mendapat dukungan politik yang kuat dan
berkembang menjadi agama negara. Selain itu agama Budha juga diadaptasikan dan dikombinasikan dengan
kebudayaan setempat, seperti terlihat dalam berbagai karya seni yang bercorak
keagamaan.
Kemajuan agama
Budha di Cina seiring dengan kebangkitan kembali Konfusianisme yang bersifat
sosialistis sehingga sering berbenturan dengan ajaran Budha yang menekankan
pada kehidupan sejati melalui hidup membiara sebagai Bhikkhu.
Pada tahun 845
timbullah penganiayaan terhadap orang-oranga Budha, yang disebabkan karena iri
hati kaum Taois dan pengikut Kong Hu Cu. Beribu-ribu Biksu dipaksa untuk
meninggalkan agama Budha. Semenjak itu agama Budha tidak dapat berkembang
dengan baik.[13]
Namun sejauh
itu agama Budha tetap mampu mengakomodasikan dirinya dengan kepercayaan
tersebut sehingga memperoleh tempat sejajar dengan konfusianisme dan Taonisme.
Bahkan ketiga-tiganya membentuk landasan filsafat dan agama di Cina yang di
kenal sebagai Sam Kauw,
atau Tri Dharma, yang berarti tiga ajaran.[14]
c.
Aliran-Aliran Budhisme Di Cina
Agama
Budha di Cina melahirkan beberapa aliran besar dalam golongan Budha Mahayana,
antara lain:
- Aliran chan/dyana
Pendirinya adalah Boddhidharma, asal India tetapi menetap di
Cina antara 527-536 M. Aliran ini merupakan aliran yang bersifat meditatif,
yang mengembangkan ajaran metafisis Madhyamika, digabungkan dengan ajaran
Prajnaparamita dan ajaran Yogacara. Ketiganya disesuaikan dengan
keadaan Cina. Kata Chan berarti meditasi sama dengan bahasa sansekerta, dhyana.[15]
Aliran ini berkembang pesat di Cina terutama pada Masa Hui Neng
(838-713 M) karena mengaku mendapatkan ajarannya langsung dari Sakyamuni.
- Aliran vinaya
didirikan oleh Too Hsuan (595-667), aliran ini menekankan
ajarannya pada pelaksanaan vinaya secara ketat. Menurut aliran ini,
pengingkaran terhadap dunia dan kesusilaan merupakan kondisi yang sesuai dengan
kehidupan Sang Budha. Oleh karena itu aliran ini menekankan pada kehidupan
mistik membiara.[16]
- Aliran chen yen
didirikan oleh Hin Yuan dan T’an Lun. Ajarannya didasarkan
pada kitab amitayadhyana, sebuah kitab yang merupakan kelanjutan dari
kitab Sukhauzatiyuha. Aliran ini menekankan pada pemujaan terhadap amida
atau amitaba yang mewujudkan diri dalam Dewi Kwan In. Dewi Kuan-yin, barangkali
seorang Dewi dari zaman Cina Kuno , dihubungkan erat sekali dengan pemujaan
kepada amitaba, yang dipandang sebagai Bodhisattwanya, sebagai Awalokiteswara.[17]
D.
KESIMPULAN
Agama Budha sudah ada di India ketika masa Sidharta Gautama dan
mencapai puncak kejayaannya ketika masa Raja Asoka dimana agama Budha berhasil
menggeser agama sebelumnya yang berkembang pada saat itu, yaitu agama Hindu.
Karena pada waktu itu agama Budha mendapat dukungan politik dari dinasti
Maurya, namun setelah dinasti maurya hancur agama Budha pun ikut terkikis dari
bumi kelahirannya, India.
kemunduran agama Budha di India dapat di pandang sebagai terbukanya
kesempatan bagi agama Budha untuk berkembang di luar India. Teutama ke China.
Perkembangan awal agama budha di Cina dimulai pada abad 1 M pada
masa dinasti Han dan megalami kejayaan pada masa Dinasti Tang yaitu sekitar
abad ke 7 sampai ke 10 M. Yang dalam penyebarannya
tidak sedikit mendapat halangan bahkan ditolak karena pada masa itu di Cina
sudah ada kepercayaan-kepercayaan tiongkok kuno, konghuju, dan Tao.
E.
REFERENSI
o Ali, Mukti. Agama-Agama di Dunia. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988
o Hadiwijono, Harun. Agama Hindu dan Budha. Jakarta: Gunung Mulia, 2010
o Suwarto. T. Budha Dharma Mahayana. Palembang: Majelis agama Budha Mahayana
Indonesia, 1995
o Zhao Pu Chu. Questions and Answers on
The General Knowledge of Budhism. Diterjemahkan oleh Krishnanda
Wijayamukti. _____: Pustaka Karaniya, 2007.
[1] Suarto T.
Budha Dharma Mahayana, (Palembang: Majelis Agama Budha
Mahayana Indonesia, 1995), h. 81
[2] Suarto T.
Budha Dharma Mahayana, h. 84
[3] Ibid
[4] Agama
Hindu dan Jain berdominasi pada masa itu
[5] Pada
peperangan tersebut terjadi pembunuhan sebanyak 12.000 orang
[6] Zhao Pu Chu.
Questions and Answers on The General Knowledge of Budhism. Diterjemahkan
oleh Krishnanda Wijayamukti, (_____: Pustaka Karaniya, 2007), h. 128
[7]
Zhao Pu Chu. Questions and Answers on The General
Knowledge of Budhism, h. 128
[8]
Zhao Pu Chu. Questions and Answers on The General
Knowledge of Budhism, h. 129
[9] Harun
Hadiwiyono. Agama Hindu dan Budha, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia. 2010), h. 97
[10] Mukti Ali.
Agama-agama di Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga
Press. 1988), h. 138
[11] Mukti
Ali. Agama-agama di Dunia, h. 138
[12] Ibid.
[13] Harun
Hadiwiyono. Agama Hindu dan Budha, h.
97
[14] Mukti
Ali. Agama-agama di Dunia, h. 139
[15] Harun
Hadiwiyono. Agama Hindu dan Budha, h.
97
[16] Mukti
Ali. Agama-agama di Dunia, h. 139
[17] Harun
Hadiwiyono. Agama Hindu Budha, h. 98
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dalam rangka belajar, rasanya tak sempurna blog yang saya terbitkan tanpa adanya sekata dua kata yang dilontarkan. Kiranya pembaca dapat menambahkan kritik, saran maupun komentar untuk perbaikan selanjutnya. Terima Kasih telah di kunjungi... :-)