Selasa, 21 Mei 2013

RIWAYAT SIDHARTA GAUTAMA

Responding Paper
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat pada
Mata Kuliah Budhisme
Dosen pembimbing:
Hj. Siti Nadroh, M. Ag


Oleh:
Ifa Nur Rofiqoh
(1111032100049)

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013



I.    PENDAHULUAN
Dalam alur sejarah agama-agama yang berkembang di India zaman agama Buddha dimulai semenjak abad ke-5 SM hingga abad ke-3 M. Secara historis agama tersebut mmpunyai kaitan erat dengan agama yang mendahuluinya yaitu agama Hindu.
Sebagai agama, ajaran Buddha berbeda sekali dengan ajaran Hindu dimana pada ajaran Hindu dibahas tentang ketuhanan, namun pada agama Buddha tidak bertitik tolak dari Tuhan dan hubungannya dengan alam semesta, tapi lebih kepada keadaan yang dihadapi manusia dalam kehidupannya sehari-hari, khususnya tentang tata susila yang harus dijalankan manusia agar terbebas dari dukkha yang disebabkan oleh keinginan (tanha) yang selalu mengiringi kehidupannya.



II.    RIWAYAT SIDHARTA GAUTAMA

a.    Kehidupan Sang Buddha
Menurut riwayat, Buddha Gautama, pendiri agama Buddha lahir pada tahun 563 SM di daerah Kapilawastu, dikaki pegunungan Himalaya. Ayahnya adalah seorang raja yang bernama Sudhodana dan ibunya bernama Maya, yang wafat pada sa’at Sidharata berumur satu minggu. Selanjutnya ia dirawat dan dibesarkan oleh ibu tirinya yang bernama Maha Prajapati, ia adalah adik kandung ibunya.
Sejak kecil Sidharta sudah menampakkan sifat kecerdasannya. Karena sejak lahir ia hidup di lingkungan kerajaan, Sidharta dimanjakan oleh ayahnya dan seluruh keinginannya akan dikabulkan asal ia mau menetap di istana dan kelak bersedia menggantikan ayahnya. Namun ia menolak semua itu dan memilih untuk hidup sebagai pertapa.
Pada usia 16 tahun Sidharta dinikahkan dengan seorang gadis yang bernama Yashodara, putri tunggal raja Supabudha, yang akhirnya ia dikaruniai seorang putra yang diberi nama Rahula. Selama 13 tahun hidup berkeluarga, yaitu tepat pada usia 29 tahun terbitlah keinsafan batinnya, ia meninggalkan istana yang megah, istri dan anaknya. Pada waktu perjalanan mencari ketenangan batin  ia melihat orang tua yang sangat lemah tubuhnya, ia melihat orang sakit yang penuh penderitaan karena penyakitnya, ia juga melihat orang mati yang tiada berdaya yang harus berpisah dengan harta, tahta dan segala sesuatu yang dicintainya, dan terkhir ia melihat seorang pertapa yang hidup penuh kesederhanaan namun penuh kedamaian. Maka dari itu Sidharta sangat tertarik untuk menempuh jalan hidup orang pertapa ini.
Dari beberapa peristiwa yang dijumpainya dapatlah disimpulkan bahawa hidup di dunia ini hanyalah penderitaan.

b.    Sang Buddha Mendapat Penerangan Tertinggi
Setelah beliau merana selama 6 tahun, yaitu denga menunutut hidup sebagai seorang pertapa, dengan melakukan penyiksaan diri secara keras dan salah. Kemudian ia melakukan Samadhi yang benar yaitu bebas dari penyiksaan diri yang keras dan pemanjaan diri yang berlebihan, dibawah pohon bodhi selama 49 hari maka dicapailah tingkat Samma Sambodhi artinya kesadaran teragung, dan pada saat itu di tembusnya semua rahasia hidup diseluruh alam semesta ini dengan abinna yaitu kekuatan bathin yang tiada taranya, dan yang ditembusnya itu ialah:
-    Muncul dan  lenyapnya mahluk-mahluk menurut kammanya masing-masing.
-    Penitisan yang lampau dari kehidupan semua mahluk
-    Empat kesunyataan (Catur Arya Satyani), yaitu: dukkha (penderitaan), Samudaya (sebab penderitaan), Nirodha (padamnya penderitaan) dan Marga (jalan untuk mengatasi dukkha menuju Nibbana)

c.    Sang Buddha Mengajarkan Dharma
Setelah pangeran Sidharta Gotama mencapai Samma Sambodhi, kemudian menjadi Samma-Sambudha artinya Buddha yang menurunkan ajaran Dhamma kepada dewa dan manusia. Ia menyebarkan ajaran Dhamma kepada manusia tanpa kekerasan dan tak pernah setetes darah mengalir atas nama ajaran YMS Buddha Gotama.
Setelah 45 tahun menyebarkan ajaran Dhamma, YMS Budha Gotama wafat di hutan sala milik Malla diantara dua batang pohon sala kembar, disekitar kusinara pada tahun 543 SM (teapat usia 80 tahun) dibulan Wesak.


III.    PENGERTIAN BUDDHA, DHARMA DAN TRI RATNA

a.    Buddha
Buddha adalah sebutan bagi orang yang telah mencapai pengtahuan yang tertinggi, yaitu kebenaran yang sejati. Buddha itu sangat banyak jumlahnya. Dan tidak semua Budha mempunyai kedudukan sebagai guru dunia. Buddha yang menjadi guru dunia hanya muncul satu kali untuk tiap-tiap kurun zaman yang tertentu.

b.    Dharma
Dharma berhubungan dengan ajaran agama Buddha sebagai agama yang sempurna. Dharma mengandung empat makna utama: (1) Doktrin, (2) Hak, keadilan, kebenaran (3) Kondisi, (4) Barang yang kelihatan atau phenomena.
Buddha dharma berarti suatu ajaran yang menguraikan hakikat kehidupan berdasarkan pandangan terang yang dapat membebaskan manusia dari kesesatan dan kegelapan batin dan penderitaan yang disebabkan oleh ketidakpuasan.

c.    Triratna
Triratna adalah kesaksian keimanan/syahadat orang budha. Tri ratna atau disebut juga dengan tiga mustika terdiri dari buddha, dharma dan Sangha. Buddha dan Dharma sudah sedikit dijelaskan diatas, sedang Sangha adalah persaudaraan para Bhikkhu dan Bikkhuni yang tidak hidup berkeluarga, mereka mengabdikan hidupnya untuk memperoleh kehidupan yang suci dan meningkatkan nilai-nilai kerohanian, yang pada umumnya hidup sebagai seorang pertapa dan tinggal dibiara-biara.

IV.    PENGERTIAN SADHA DAN PANCA SADHA
Kata Saddha adalah sebutan dalam bahasa pali atau sradha sebutan dalam bahasa sansekerta. Arti kata Saddha/Sradha ialah keyakinan/kepercayaan. Dalam agama Buddha yang disebut Saddha adalah keyakinan yang telah mencakup pengertian percaya didalamya. Jadi kata Shaddha dapat juga diartikan sebagai (1) keyakinan, (2) kepercayaan-benar, (3) keimanan dalam bakti.
Sedangkan yang dimaksud dengan panca Saddha adalah lima keyakinan yaitu:
-    Keyakinan terhadap Adi Buddha
-    Keyakinan terhadap para Buddha, Bodhisatwa dan Arahat
-    Keyakinan terhadap hukum kasunyataan
-    Keyakinan terhadap kitab suci (Tripitaka)
-    Keyakinan teradap Nibbana

a.    Keyakinan Terhadap Adhi Budha
Adi Buddha adalah Buddha yang asli yang tidak lain adalah Tuhan Yang Maha Esa, yang bersemayam didalam Maha Para Nirwana (Nirwana yang tertinggi). Pada tingkat bawahnya terdapat Dhyani Budha, yang merupakan pancaran dari Adhi Budha.

b.    Keyakinan Terhadap Para Buddha, Bodhisatwa Dan Arahat
Para Buddha adalah berarti orang yang telah mencapai penerangan atau pencerahan sempurna dan sadar akan kebenaran kosmos serta alam semesta. Ada tiga macam tingkatan Buddha, yaitu Samma-Sambodhi, Savaka Buddha dan Pacceka Buddha.
Bodhisatwa adalah makhluk suci atau secara umum diartikan sebagai orang yang mempersiapkan diri untuk mecapai tingkat Buddha. Oleh karena itu para Bodhisatwa pada hakikatnya adalah calon Budha, dan para Boddhsatwa itu berdiam di Sorga Tusita, yatu alam kenikmatan.
Bodhisatwa atas dasar sifat-sifat dan tigkat kebijaksanaannya dapat dibedakan menjadi tiga macam:
  • Pannadhika ialah bodhisatwa yang dalam usahanya untuk mencapai tigkat kebudhaan lebih mengutamakan kebijaksanaan, dimana ia lebih banyak bermeditasi dan mengadakan perenungan terhadap hakikat dari hidup serta banyak melaksanakan samadhi. Tingkatan Buddha yang akan dicapai adalah Samma Sambodhi, yaitu Buddha pada tahap sempurna.
  • Saddhadhika ialah Bodhisatwa yang dalam usahanya untuk mencapai tingkat kebudhaan lebih mengutamakan keyakinan (Sadha) terhadap Dhamma yang diajarkan oleh sang guru. Tingkatan Buddha yang akan dicapai adalah Savaka Buddha.
  • Viriyadhika ialah Bodhisatwa yang dalam usahanya untuk mencapai tingkat kebudhaan ia lebih mengutamakan dengan jalan karma marga yaitu berjiwa sosial tinggi. Tingkatan buddha yang akan dicapai adalah Pacceka Buddha.
Arahat adalah seorang yang telah melenyapkan hawa nafsu dan keinginanya, sehingga ia dapat mencapai Nirwana. Pada tingkatan ini seseorang terbebas dari kelahiran dan kematian di alam manapun juga, inilah yang dinamakan orang keramat yang telah bersatu dengan Sang Hyang Adi Buddha.

V.    KESIMPULAN
Buddha dharma berarti suatu ajaran yang menguraikan hakikat kehidupan berdasarkan pandangan terang yang dapat membebaskan manusia dari kesesatan dan kegelapan batin dan penderitaan yang disebabkan oleh ketidakpuasan. Untuk mencapai sebuah penerangan seorang Sidharta Gautama harus menenempuh waktu yang lama dan perjalanan yang tidak mudah, kerena sebagai seorang manusia pasti memiliki avidyayang menjerumuskan manusia kepada penderitaan.

VI.    REFERENSI
  • Abddul Manaf, Mudjahid. Sejarah Agama-Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. II, 1996.
  • Hadiwijono, Harun. Agama Hindu dan Buddha. Jakarta: Gunung Mulia, cet. X, 2010.
  • Majlis Buddhayana Indonesia. Kebahagiaan dalam Dhamma. jakarta: ______, 1980.
  • Narada, Ven Mahathera. Sang Budha dan Ajaran-Ajarannya. Jakarta: Yayasan Dhammadipa Arama, 1994.
  • Suwarto. Buddha Dharma Mahayana. Palembang: Majelis Agama Buddha Mahayana Indonesia, 1995.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dalam rangka belajar, rasanya tak sempurna blog yang saya terbitkan tanpa adanya sekata dua kata yang dilontarkan. Kiranya pembaca dapat menambahkan kritik, saran maupun komentar untuk perbaikan selanjutnya. Terima Kasih telah di kunjungi... :-)