Rabu, 22 Mei 2013

Meditasi dalam Budhisme

MEDITASI DALAM BUDDHISME

Makalah Pembanding
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat pada
Mata Kuliah Budhisme

Dosen pembimbing:
Hj. Siti Nadroh, M. Ag

Oleh:
Ifa Nur Rofiqoh
(1111032100049)


JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013



BAB I
PENDAHULUAN

Dalam agama Buddha kata meditasi dipergunakan sebagai sinonim dari semadi (samadhi) dan pengembangan batin (bhavana). Tradisi meditasi sudah dikenal pada zaman sebelum Buddha Gotama.
Dua ribu lima ratus tahun yang lampau, seorang putra mahkota pada usia 29 tahun, saat seseorang berada di puncak kegemilangan hidup, telah meninggalkan tahta yang penuh dengan kemegahan dan kekuasaan dan pergi menyendiri ke hutan menjauhi keduniawian mencari obat untuk mengatasi penyakit kehidupan, mencari jalan keluar dari belenggu ketidak pastian untuk mencapai Nibbana.

Setelah beliau merana selama 6 tahun, yaitu denga menunutut hidup sebagai seorang pertapa, dengan melakukan penyiksaan diri secara keras dan salah. Kemudian ia melakukan Samadhi yang benar yaitu bebas dari penyiksaan diri yang keras dan pemanjaan diri yang berlebihan, dibawah pohon bodhi selama 49 hari maka dicapailah tingkat Samma Sambodhi artinya kesadaran teragung, dan pada saat itu di tembusnya semua rahasia hidup diseluruh alam semesta ini dengan abinna yaitu kekuatan bathin yang tiada taranya, dan yang ditembusnya salah satunya ialah pengetahuan tentang Catur Arya Saccani.
kenapa orang-orang Budha sering melakukan praktek meditasi? Hal ini adalah tidak lain karena tujuan terakhir meditasi adalah sama dengan tujuan akhir dari Buddha Dharma, yaitu untuk mencapai Nirwana.



BAB II
MEDITASI DALAM BUDHISME

Penjelasan meditasi seperti apa adanya melalui kitab suci Buddhis awal sedikit banyak berdasar atas metode yang digunakan Sang Buddha untuk mencapai Penerangan Sempurna dan Nibbana, dan dalam pengalaman beliau sendiri disaat mengembangkan batin-Nya.
Istilah meditasi sebenarnya dapat disamakan dengan istilah ‘bhavana’ yang arti harfiahnya ‘pengembangan batin’ yakni usaha untuk menumbuhkan batin terpusat, tenang, mampu dengan jelas melihat sifat batin sesungguhnya gejala apapun yang dapat merealisir Nibbana, suatu keadaan batin ideal dari batin yang sehat.
Bhavana mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan manusia, terlebih-lebih pada zaman sekarang ini. Didalam dunia yang kacau balau ini Bhavana akan medatangkan fikiran. Lebih jauh lagi bhavana akan menimbulkan pandangan terang yang menuju tercapainya Nibbana.
Meditasi yang dilakukan oleh Sang Buddha ada dua macam: Pemusatan Batin (samatha atau samadhi) dan Pandangan Terang (vipasana atau adarsana). Yang masing-masing penjelasannya adalah sebagai berikut.

a.    Meditasi Untuk Mencapai Ketenangan Batin

Meditasi (bhavana) dimulai dengan pemusatan pikiran/konsentrasi (samatha). Samatha adalah suatu keadaan yang bebas dari kekalutan. Samatha bhavana merupakan pengembangan batin yang bertujuan untuk mencapai ketenangan. Dalam Samatha Bhavana, batin terutama pikiran terpusat dan tertuju pada suatu objek. Jadi pikiran tidak berhambur kesegala penjuru, pikiran tidak melamun dan mengembara tanpa tujuan.
Dengan melaksanakan Samatha bhavana, rintangan-rintangan batin tidak dapat dilenyapkan secara menyeluruh. Jadi kotoran batin hanya dapat diendapkan, seperti batu besar yang menekan rumput hingga tertidur di tanah. Dengan demikian, Samatha Bhavana hanya dapat mencapai tigkatan-tingkatan konsentrasi yang disebut jhana-jhana, dan mencapai berbagai kekuatan batin.
Sesungguhnya pikiran yang tenang bukanlah tujuan terakhir dari meditasi. Ketenangan pikiran hanyalah salah satu keadaan yang diperlukan untuk mengembangkan Pandangan Terang atau Vipassana Bhavana.

Objek dalam Samatha Bhavana
Dalam Samatha Bhavana ada 40 objek meditasi. Objek-objek meditasi ini dapat dipilih salah satu yang kiranya cocok dengan sifat atau pribadi seseorang. Pemilihan ini dimaksudkan untuk membantu mempercepat perkembangannya. Pemilihan sebaiknya dilakukan dengan bantuan seorang guru.
Keempat puluh macam objek meditasi itu ialah:
  •  Sepuluh kasina (10 wujud benda), yaitu:
1.    Pathavi kasina    = wujud tanah
2.    Apo kasina        = wujud air
3.    Tejo kasina        = wujud api
4.    Vayo kasina        = wujud udara atau angin
5.    Nila kasina        = wujud warna biru
6.    Pita kasina        = wujud warna kuning
7.    Lohita kasina        = wujud warna merah
8.    Odata kasina        = wujud warna putih
9.    Aloka kasina        = wujud cahaya
10.   Akasa kasina        = wujud ruangan terbatas
  •  sepuluh asubha (10 wujud kotoran), yaitu:
1.    Uddhumataka    = wujud mayat yang membekak
2.    Vinilaka        = wujud mayat yang berwarna kebiru-biruan
3.    Vipubbaka        = wujud mayat yang bernanah
4.    Vicchiddaka         = wujud mayat yang terbelah di tengahnya
5.    Vikkahayatika    = wujud mayat yang digerogoti binatang-binatang
6.    Vikkhittaka         = wujud mayat yang telah hancur lebur
7.    Hatavikkhittaka     = wujud mayat yang busuk dan hancur
8.    Lohitaka        = wujud mayat yang berlumuran darah
9.    Puluvaka        = wujud mayat yang dikerubungi belatung
10.    Atthika        = wujud tengkorak
  • Sepuluh annusati (10 macam perenungan), yaitu:
1.    Buddhanussati    = perenungan terhadap Buddha
2.    Dhammanussati    = perenungan terhadap Dhamma
3.    Sanghanussati    = perenungan terhadap Sangha
4.    Silanussati        = perenungan terhadap Sila
5.    Caganussati        = perenungan terhadap kebajikan
6.    Devatanussati    = perenungan terhadap makhluk-makhluk agung  atau para dewa
7.    Maranussati        = perenungan terhadap kematian
8.    Kayagatasi        = perenungan terhadap badan jasmani
9.    Anapanasati        = perenungan terhadap pernapasan
10.    Upasamanussati    = perenungan terhadap Nibbana atau Nirwana
  • Empat appamanna (empat keadaan yang tidak terbatas), yaitu:
1.    Metta            = cinta kasih yang universal, tanpa pamrih
2.    Karuna        = belas kasihan
3.    Mudita        = perasaan simpati
4.    Upekkha        = keseimbangan batin
  • Satu aharapatikulasanna (satu perenungan terhadap makanan yang menjijikkan)
  • Satu catudhatuvavatthana (satu analisa terhadap keempat unsur yang ada didalam badan jasmani)
  • Empat arupa (empat perenungan tanpa materi), yaitu:
1.    Kasinugaghatimakasapannatti    = objek ruangan yang sudah keluar dari kasina
2.    Akasanancayatana-citta        = objek kesadaran yang tanpa batas
3.    Natthibhavapannatti            = objek kekosongan
4.    Akincannayatana-citta        = objek bukan pencerapan pun tidak bukan pencerapan

Perkembangan dari ketenangan, adalah menuju pada pemusatan pikiran yang penuh, untuk mencapai penembusan didalam meditasi (jhana/tingkat-tingkat ketenangan batin). Jhana-jhana ini terdapat beberapa tingkatannya, dan dapat dicapai dengan latihan yang sistematik, dengan memakai 38 macam objek meditasi yang tradisionil, yang menghasilkan ketenangan (samatha-kammatthana). Melalui pemusatan bathin yang tinggi dan ketenangan yang dicapai dalam jhana-jhana ini, maka terbasmilah penglihatan dari kelima indriya kita untuk sementara waktu, dan gerak fikiran yang berliku-liku akan menjadi lebih reda pada tingkatan pertama, dan akan hilang sama sekali pada tingkatan-tingkatan selanjutnya.  Namun kekotoran batin (kilesa) tidak dapat dibasmi. Kilesa dapat dimusnahkan secara total dengan melaksanakan Vipasana Bhavana.
Mengembangkan ketenangan dengan meditasi, samadhi, tak pernah mencapai titik akhir. Ia hanya merupakan suatu sarana ke arah lebih baik yang amat penting yaitu Pandangan Terang. Dengan kata lain merupakan cara landasan untuk memperoleh Pengertian Benar yang merupakan faktor utama jalan utama. Sang Buddha bersabda: ‘kembangkanlah ketenangan, seorang siswa yang mencapai ketenangan batin akan melihat sesuatu sebagaimana adanya (samadhim bhavetha, samahito yatha bhutam pajanati).

Enam Macam Carita
Orang yang bermeditasi harus mengetahui terlebih dahulu sifat manakah yang menguasai dirinya, sehingga objek meditasinya dapat disesuaikan dengan sifatnya itu. Didalam Abhidamma, terdapat pembagian sifat-sifat secara umum yang berdasarkan atas keadaan  manusia, yaitu manusia itu dapat dibagi menjadi enam golongan berdasarkan sifat-sifat yang dimilikinya:
  1. Orang yang keras nafsu lobhanya atau Ragacarita. Orang yang seperti ini melaksanakan sesuatu berdasarkan lobha, cenderung kearah kecantikan, kagum melihat suatu kebajikan, mudah melupakan kesalahan orang lain, cerdik, sombong, berambsi besar dan mementingkan diri sendiri. Maka objek yang baik diambil adalah 10 asubha dan 1 kayagatasati.
  2. Orang yang keras kebenciannya atau Dosacarita. Orang yang mempunyai sifat ini melaksanakan sesuatu berdasarkan kebencian, cenderung kearah panas hati, suka marah, jengkel, iri hati, tak senang dengan kesalahan orang lain, suka bermusuhan, memandang rendah orang lain. Maka objek yang baik adalah 4 appamanna dan 4 kasina (Nila kasina, Pita kasina, Lohita kasina, Odata kasina).
  3. Orang yang bodoh atau Mohacarita. Orang yang menpunyai sifat ini melaksanakan sesuatu berdasarkan kebodohan batin, suka bingung, suka ragu-ragu, suka hawatir, bergantung pada orang lain, pikirannya ruwt, malas, pendiriannya tidak tetap. Maka objek yang baik adalah anapanasati.
  4. Orang yang tebal keyakinannya atau Saddhacarita. Orang yang seperti ini melaksanakan sesuatu berdasarkan keyakinan, cenderung ke arah rendah hati, dermawan, jujur, suka menemui orang-orang suci, suka mendengarkan dhamma, yakin pada sesuatu yang dianggap baik. Maka objek yang baik diambil adalah 6 anussati (Buddhanussati, Dhammanussati, Sanhanussati, silanussati, caganussati, dan devatanussati).
  5. Orang yang bijaksana atau Buddhicarita. Orang yang mempunyai sifat ini melaksanakan sesuatu dengan hati-hati, cenderung kearah perenungan terhadap Tiga Corak Umum (Tilakkhana), sering bermeditasi, bersedia mendengarkan omongan orang lain, mempunyai kawan-kawan yang baik. Maka objek yang baik diambil adalah marananussati, upasamanussati, aharapatikulasanna, dan catudhatuvavathana.
  6. Orang yang suka melamun atau Vitakkacarita. Orang yang mempunyai sifat seperti ini melaksanakan sesuatu berdasarkan tergesa-gesa, cenderung kearah kegugupan, kegagalan dalam usaha, suka berteori, pikirannya sering berkeliaan, tidak suka bekerja untuk kepentingan sosial. Objek yang baik diambil adalah anapanasati.
Keterangan:
Pathavi kasina, apo kasina, tejo kasina, vayo kasina, aloka kasina, akasa kasina, dan empat arupa dapat dijadikan objek meditasi oleh semua orang tanpa memperhatikan caritanya.

Penghalang dalam Pelaksanaan Samatha Bhavana
Dalam melaksanakan Samatha Bhavana, pada umumnya orang yang melakukan meditasi sering mendapat gangguan atau halangan atau rintangan, yaitu nivarana dan palibodha.  Niravana berarti rintangan atau penghalang batin yang selalu menghambat perkembangan pikiran. Ada lima macam niravana yaitu:
1.    Kamachanda (nafsu-nafsu keinginan)
2.    Byapada (kemuan jahat)
3.    Thina-middha (kemalasan dan kelelahan)
4.    Uddhacca-kukkucca (kegelisahan dan kekhawatiran)
5.    Vicikiccha (keragu-raguan)
Palibodha berarti gangguan dalam meditasi yang menyebabkan batin gelisah dan tidak mampumemusatkan pikiran pada objek. Palibodha ini ada 10 macam, yaitu:
1.    Avasa (tempat tinggal)
2.    Kula (pembantu dan orang yang bertanggung jawab)
3.    Labha (keuntungan)
4.    Gana (murid dan teman)
5.    Kamma (pekerjaan)
6.    Addhana (perjalanan)
7.    Nati (orang tua, keluarga dan saudara)
8.    Abadha (penyakit)
9.    Gantha (pelajaran)
10.    Iddhi (kekuatan ghoib)
Karena itu didalam melaksanakan meditasi diperlukan kesabaran, keuletan, kemauan, tekad dan semangat. Disamping itu, yang paling penting adalah bahwa orang yang bermeditasi harus selalu sadar. Namun antara usaha, kesadaran, dan konsentrasi harus ada keseimbangan.

b.    Meditasi Untuk Mencapai Pandangan Terang

Meditasi Untuk Mencapai Pandangan Terang disebut dengan istilah Vipassana Bhavana.
Vipassana Bhavana merupakan pengembangan batin yang bertujuan untuk mencapai Pandangan Terang. Dengan melaksanakan Vipasana Bhavana, kekotoran-kekotoran bathin dapat disadari dan kemudian dibasmi sampai seakar-akarnya. Sehingga orang yang malakukan Vipasana Bhavana dapat meliht hidup dan kehidupan ini dengan sewajarnya, bahwa hidup ini dicengkeram oleh anicca (ketidakkekalan), dukkha (derita), dan anatta (tanpa aku yang kekal). Dengan demikian, Vipassana Bhavana dapat menuju kearah pembersihan batin, pembebasan sempurna, pencapaian Nibbana. Sesungguhnya “dalam kitab suci telah ditulis bahwa hanya dengan pandangan terang inilah kita dapat menyucikan diri kita, dan tidak dengan jalan lain”.
Perkembangan dari pandangan terang, bentuk-bentuk bathin yang terdapat dalam jhana-jhana dan proses-proses jasmani yang menjadi dasarnya, adalah telah dibahas dan dijelaskan didalam tiga corak umum (Tilakkhana) dalam bab yang lalu. Tingkatan-tingkatan konsentrasi atau meditasi, dapat dicapai dan dibutuhkan untuk melancarkan jalannya Pandangan Terang, yang disebut menembus (upacara-samadhi) . Dalam hal ini, bentuk-bentuk fikiran dan jalannya pikiran yang ruwet berliku-liku masih tetap ada bertahan dengan kuat, tetapi oleh karena telah tercapainya pemusatan pikiran atau konsentrasi yang kuat ia akan mudah dapat dienyahkan dengan bermacam-macam objek, tetapi masih tetap bergerak terus dengan baik dan tersembunyi, melanjutkan alirannya.

Objek dalam Vipasana Bhavana
Dalam melaksanakan Vipasana Bhavana, objeknya adalah nama dan rupa (batin dan materi), atau pancakandha (lima kelompok faktor kehidupan) . Ini dilakukan dengan memperhatikan gerak-gerik nama dan rupa terus menerus, sehingga dapat melihat dengan nyata bahwa nama dan rupa itu dicengkeram oleh anicca (ketidakkekalan). Dukkha (derita), dan anatta (tanpa aku).
Dan juga yang menjadi objeknya adalah empat macam satipatthana (empat macam perenungan) terdiri atas: kaya-nupassana (perenungan terhadap badan jasmani), vedana-nupassana (perenungan terhadap perasaan), citta-nupassana (perenungan terhadap pikiran), dan Dhamma-nupassana (perenungan terhadap bentuk-bentuk pikiran).

Penghalang dalam Melaksanakan Vipasana Bhavana
Dalam melaksanakan Vipasana-Bhavana, terdapat pula rintangan-rintangan yang dapat menghambat perkembangan pandangan terang, yang disebut vipassanupakilesa. Vipassanupakilesa berarti kekotoran batin atau rintangan yang menghambat perkembangan pandangan terang yang terdiri dari sepuluh macam, yaitu:
  1. Obhasa, ialah sinar-sinar yang gemerlapan, yang bentuk dan keadaannya bermacam-macam, yang kadang-kadang merupakan pandangan yang menyenangkan.
  2. Piti, ialah kegiuran yang merupakan perasaan yang nyaman dan nikmat. Piti ini ada lima macam menurut keadaannya, yaitu: Khudaka piti, ialah kegiuran yang kecil, yang suasananya seperti bulu badan yang terangkat atau merinding. Khanika piti, ialah kegiuran yang sepintas lalu menggerakan badan. Okkantika piti, ialah kegiuran yang menyeluruh, yang suasananya meriang diseluruh badan, seperti ombak laut memecah di pantai. Ubbonga piti, ialah kegiuran yang mengangkat, yang suasananya seolah olah mengangkat badan naik ke udara. Pharana piti, ialah kegiuran yang menyerap seluruh badan, yang suasananya seluruh badan seperti terserap oleh perasaan yang menakjubkan.
  3. Passadi, ialah ketenangan batin, yang seolah-olah orang telah mencapai penerangan sejati.
  4. Sukha, ialah perasaan yang berbahagia, yang seolah-olah orang telah terbebas dari penderitaan.
  5. Saddha, ialah keyakinan yang kuat dan harapan agar setiap orang juga seperti dirinya.
  6. Paggaha, ialah usaha yang terlalu giat, yang lebih daripada semestinya.
  7. Upatthana, ialah ingatan yang tajam, yang sering timbul dan mengganggu perkembangan kesadaran, karena tidak memperhatikan saat yang sekarang ini.
  8. Nana, ialah pengetahuan yang sering timbul dan mengganggu jalannya praktek meditasi.
  9. Upekkha, ialah keseimbangan batin, dimana pikiran tidak mau bergerak untuk menyadari proses-proses yang timbul.
  10. Nukanti, ialah perasaan puas terhadap objek-objek.
Dengan melaksanakan Vipasana Bhvana, maka empat macam kekeliruan yang disebut Vipallasa Dhamma dapat dibasmi, dan juga akan diperoleh enam belas macam pengetahuan yang disebut nana, diantaranya dapat mengetahui atau melihat nama (batin) dan rupa (materi) sebagai anicca, dukkha, anatta.

Vipallasa Dhamma
Vipallasa Dhamma berarti kekhayalan atau kepalsuan atau kekeliruan yang berkenaan dengan paham yang menganggap suatu kebenaran sebagai suatu kesalahan dan kesalahan suatu kebenaran. Vipallasa Dhamma ada 4 macam dan dapat dibasmi dengan melaksanakan empat macam satipatthana. Empat macam Vipallasa dhamma itu ialah:
  1. Subha-vipallasa, yaitu kekeliruan dalam pencerapan, pikiran dan pandangan, yang menganggap suatu yang tidak cantik sebagai cantik. Hal ini dibasmi dengan melaksanakan kaya-nupassana.
  2. Sukha-vipallasa, yaitu kekeliruan dalam pencerapan, pikiran dan pandangan, yang menganggap suatu derita sebagai bahagia. Hal ini dibasmi dengan melaksanakan vedana-nupassana.
  3. Nicca-vipallasa, yaitu kekeliruan dalam pencerapan, pikiran dan pandangan, yang menganggap suatu yang tidak kekal sebagai kekal. Hal ini dibasmi dengan melaksanakan citta-nupassana.
  4. Atta-vipallasa, yaitu kekeliruan dalam pencerapan, pikiran dan pandangan, yang menganggap suatu yang tanpa aku sebagai aku. Hal ini dibasmi dengan melaksanakan Dhamma-nupassana.

Enam Belas Macam Nana
Nana berarti pengetahuan. Apabila orang tekun melaksanakan Vipasana-Bhavana, maka akan berkembanglah nana didalam dirinya. Nana itu ada 16 macam, yaitu:
  1. Nama-rupa Paricheda Nana, ialah pengetahuan mengenai perbedaan nama dan rupa.
  2. Paccaya Pariggaha Nana, ialah pengetahuan mengenai hubungan sebab dan akibat dari nama dan rupa.
  3. Sammasana Nana ialah pengetahuan yang menunjukkan nama dan rupa sebagai Tilakkhana.
  4. Udayabbaya Nana, yaitu pengetahuan mengenai timbul dan lenyapnya nama dan rupa.
  5. Bhanga Nana, ialah pengetahuan mengenai peleburan/pelenyapan nama dan rupa.
  6. Bhaya Nana, ialah pengetahuan mengenai ketakutan yang berkenaan dengan sifat nama dan rupa.
  7. Adinava Nana, ialah pengetahuan mengenai kesedihan yang berkenaan dengan sifat nama dan rupa.
  8. Nibbida Nana, ialah pengetahuan mengenai keengganan yang berkenaan dengan sifat nama dan rupa.
  9. Muncitukamyata Nana, ialah pengetahuan mengenai keinginan untuk mencapai kebebasan.
  10. Patisankha Nana, ialah pengetahuan mengenai penglihatan aka jalan yang menuju kebebasan, yang menimbulkan keputusan untuk berlatih terus dengan bersemangat.
  11. Sankharupekkha Nana, yaitu pengetahuan mengenai keseimbangan tentang semua bentuk-bentuk kehidupan.
  12. Anuloma Nana, ialah pengetahuan mengenai penyesuaian diri dengan ariya-sacca, sebagai persiapan untuk memasuki magga, mencapai phala dari magga itu, dan mendekati Nirvana, dengan melalui anicca, dukkha, anatta.
  13. Gotrabu Nana, ialah pengetahuan mengenai pemutusan keadaan duniawi, dan Nirvana sebagai objek pikiran.
  14. Magga Nana, ialah pengetahuan mengenai penembusan terhadap magga, dimana kilesa batin telah dilenyapkan.
  15. Phala Nana, ialah pengetahuan mengenai pembabaran phala yang merupakan hasil dari penembusan terhadap magga, dan Nirvana sebagai objek batinnya.
  16. Paccavekkhana Nana, ialah pengetahuan mengenai peninjauan terhadap sisa-sisa kilesa atau kekotoran batin yang masih ada.


BAB III
PENUTUP

Pada apa yang diutarakan diatas jelaslah bahwa ketenangan batin dan pandangan terang tidak dapat dipisahkan, keduanya saling menunjang. Tanpa sesuatu pikiran tertentu dari konsentrasi yang tenang, pandangan terang tidak dapat dikembangkan. Dan tanpa suatu ukuran tertentu dari pandangan terang tidaklah mungkin konsentrasi dapat dikembangkan.
Kenyataan ini diuraikan oleh Sang Buddha sebagai berikut:
‘konsentrasi bukan orang yang dungu,
Tak ada kebijaksanaan bagi yang lemah dalam konsentrasi
Mereka yang mampu berkonsentrasi dan bijaksana,
Benar-benarlah ia berada di ambang Nibbana’.
Dari uraian-uraian yang telah disebutkan diatas juga dapat diketahui betapa besar pengaruh Bhavana dalam kehidupan manusia, terlebih-lebih pada zaman sekarang ini. Didalam dunia yang kacau balau ini Bhavana akan medatangkan fikiran. Lebih jauh lagi bhavana akan menimbulkan pandangan terang yang menuju tercapainya Nibbana.


DAFTAR PUSTAKA

  • Jinarakkhita, Maha Nayaka Sthavira A. Meditasi I. Jakarta: Vajra Dharma Nusantara, 2004
  • Jinarakkhita, Maha Nayaka Sthavira A. Meditasi II. Jakarta: Vajra Dharma Nusantara, 2004
  • Thera, Piyadassi. Meditasi Buddhis: Jalan Menuju Ketenangan dan Kebersihan Batin. Surabaya: Paramita, 2005


2 komentar:

  1. thanks yaaa
    sangat bermanfaat
    namo buddhaya _()_

    BalasHapus
  2. The Casino at Harrahs Philadelphia | DRMCD
    Information, 오산 출장샵 history, reviews and ratings for 사천 출장안마 The Casino at Harrahs Philadelphia in Chester, PA. Find 의왕 출장샵 reviews, hours, directions, and more 용인 출장샵 for The 군산 출장안마 Casino at

    BalasHapus

Dalam rangka belajar, rasanya tak sempurna blog yang saya terbitkan tanpa adanya sekata dua kata yang dilontarkan. Kiranya pembaca dapat menambahkan kritik, saran maupun komentar untuk perbaikan selanjutnya. Terima Kasih telah di kunjungi... :-)